TOTABUAN.CO — ”Ini sumbangan bagus buat sekolah luar biasa di Indonesia,” ungkap Rektor ITS Tri Yogi Yuwono. Dia mengapresiasi dedikasi tim pencipta mesin cetak aksara braille. Riset selama hampir dua tahun akhirnya mengukir hasil cemerlang.
Tim pencipta mesin itu terdiri atas empat orang, yaitu Hendra Kusuma, Tri Arif Sarjono, Tasripan, dan Rudi Dikairono. Ada pula 13 dosen dan mahasiswa S-2 yang ikut serta. Dengan mesin cetak tersebut, pengadaan dan penggandaan soal ujian bagi penyandang tunanetra, misalnya, akan jauh lebih mudah.
Riset itu, tutur Hendra, bukan hal mudah. Sejak November 2012, timnya merancang mesin tersebut untuk bisa berfungsi dengan baik. Dia juga berburu suku cadang impor dari Amerika. Setelah jadi, paduan komponen mesin itu mengandung 85 persen produk Indonesia dan 15 persen impor dari Amerika. ”Mesin penarik kertasnya yang diimpor,” katanya.
Cara kerja mesin purwarupa (prototype) itu pun cermat. Format gambar di kertas dipindai (scan), lalu diterjemahkan menjadi teks. Setelah itu, dilakukan pengetikan dalam bentuk huruf braille. Begitu teks di-print, akan keluar kertas dengan tonjolan yang dapat diraba. ”Kami akan mengembangkan mesin ini menjadi mesin fotokopi huruf braille,” ujarnya.
Sumber : jpnn.com