TOTABUAN.CO — Marliza alias Liza (21), seorang pelayan Terminal Cafe and Resto Jalan Gunung Krakatau No. 58, Medan Timur, yang tewas di tangan pacarnya sendiri, Efan Rusmana alias Efan (29), ternyata berlatar belakang asmara. Liza tak mau menerima kembali cinta Efan lantaran memiliki sifat tempramen dan ‘ringan tangan’.
Mahasiswi Semester V Sekolah Tinggi Al Hikmah Medan ini dibacok dengan menggunakan sebilah pisau daging yang terletak di dapur kafe tersebut. Pisau daging itu dihempaskan sebanyak empat kali di bagian kepala dan leher korban.
Menurut pengakuan Efan saat dihadirkan di Mapolresta Medan, Senin (22/9) sore, ia mengaku pembunuhan yang terbilang sadis itu dilakukannya hanya spontanitas. Sebab, pacarnya tak mau diajak balikan.
“Kami awalnya bertengkar mulut. Aku minta balikan dia enggak mau. Padahal, aku sudah memohon untuk berubah, tetapi dia tetap juga tak mau. Dibilangnya aku temperamental dan suka memukul. Memang aku suka marah-marah tapi enggak memukul dan itu pun hanya sesekali,” akunya.
Tersangka pun bercerita, awal jalinan asmaranya dengan korban pertama kali di tempat kerja itu juga.
“Kami sudah hampir setahun berpacaran. Tapi tiba-tiba aja kemarin (21/9) dia (korban) memutuskan hubungan itu. Aku pun bingung. Siapa yang enggak kesal tiba-tiba aja langsung diputusin,” ucap Efan.
Ia juga mengaku, dirinya dengan korban serius berpacaran. “Penah aku tanya sama dia untuk menikah, tapi dibilangnya nanti dulu tunggu selesai kuliah. Setelah itu aku enggak tanya lagi,” ujar Efan.
Sementara itu, di RSUD dr Pirngadi Medan, jenazah Liza dibawa ke kampung halamannya Panipahan Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, Riau. Hal ini dikatakan sepupu Liza, Siti Fatimah. Siti sangat mengecam perbuatan Efan.
“Cocoknya dihukum mati saja dia, karena tega sekali menggorok leher sepupu saya,” ujarnya sambil menangis.
Tak hanya Siti yang menunggui jenazah Liza. Di sana terlihat Gerakan Mahasiswa Peduli Pasir Limau Kapas (GMPP) dan Ikatan Pelajar Masiswa Pasir Limau Kapas (IPMP) di Medan yang sangat terpukul dengan peristiwa yang menimpa Marliza.
“Selama ini korban bersama pacarnya tidak ada masalah, nggak tahu apa juga penyebabnya. Tapi kok tega kali dia ya,” kata Juli, anggota GMPP sedih.
Setelah berembuk dan menyatukan sumbangan dana oleh teman dan organisasi itu, akhirnya mereka memutuskan untuk mengirimkan jenazah Liza ke kampung halamannya di Riau. Tak lama, jenazah pun diberangkatkan untuk dipulangkan ke kampung halamannya menggunakan ambulans Sosial Formabem dari kamar jenazah RSUD dr Pirngadi.
“Kami ini merupakan teman satu kampungnya yang tergabung dalam organisasi IPMP dan GMPP. Kami sangat sedih atas kejadian ini, semoga amal ibadah teman kami diterima oleh Allah SWT,” tukas Remi salah satu anggota IPMP.
Sementara Azmi, adik Liza masih dirawat intensif di RSUP Haji Adam Malik, Senin (22/9). Sekitar pukul 11.00 WIP ia dibawa ke Ruang Rindu A, Bedah Syaraf, setelah dari ruang Intalasi Gawat Darurat (IGD).
Pantauan di rumah sakit, kondisi Azmi telah sadar. Namun Azmi belum bisa berbicara banyak. Ia memakai oksigen pernafasan dan selang infus. Tangan kirinya masih diperban, telihat masih tertinggal bekas darah yang sudah kering. Kepalanya juga diperban penuh.
“Pasien kini sudah stabil, saat ini sudah ditangani oleh dokter ruang rawat inap bedah syaraf,” ucap Kasubag Hukum dan Humas RSUP HAM Sairi M. Saragih, DCN, MKes.
Azmi tak sendiri, ada tiga pria yang menemaninya, salah satunya merupakan sepupunya bernama Romy. Saat ditanyakan kepada Romy bagaimana keadaan Azmi, ia hanya menjawab sepupunya sudah sadar. Orang tua Azmi juga sudah mengetahui peristiwa yang menimpa Azmi dan kakaknya.
“Sudah tahu, mau datang ke Medan juga,” ucapnya pelan dan menghindar tak mau ditanya lebih jauh oleh wartawan.
Sementara itu, Wakapolresta Medan AKBP Yusuf Hondawantri Naibaho dalam keterangan persnya mengatakan, penangkapan pelaku berawal dari barang bukti tas milik tersangka yang tertinggal di TKP (tempat kejadian perkara) dan keterangan saksi-saksi.
Dari situ, tim gabungan Polsek Medan Timur dan Satreskrim Polresta Medan melakukan pengejaran di rumah orang tuanya Marelan Pasar I dan tempat kosnya di Jalan Gaharu.
Namun, tim yang mengejar tersebut mendapat informasi bahwasanya pelaku bersembunyi di rumah kakaknya, Perumnas Helvetia. Petugas pun sebagian menuju ke sana dan benar saja memergokinya hendak keluar rumah.
“Pelaku ditangkap Senin (22/9) dinihari sekira pukul 00.30 WIB. Saat ditangkap pelaku mencoba melarikan diri. Namun, pelariannya tidak berhasil lantaran sudah dikepung. Selanjutnya dilakukan penggeledahan di rumah kakaknya dan diperoleh sejumlah barang bukti,” ujar Hondawantri yang didampingi Kasat Reskrimnya, Kompol Wahyu Bram.
Dari Efan, lanjutnya, disita barang bukti berupa sebilah pisau daging yang masih berlumuran darah. Sementara itu, dari TKP diamankan pecahan botol, sepeda motor pelaku Honda CB 100 BK 6626 BB, pakaian tersangka, korban dan adik korban serta 5 unit handphone.
“Awalnya pelaku memukul korban pakai botol. Namun, tiba-tiba saja adik korban (Azmi) masuk ke dapur dan memergokinya. Lalu adik korban berusaha melerai. Tetapi, korban yang panik dan tersulut emosi langsung mengambil pisau daging dan membacok adik korban sebanyak 4 kali, di bagian kepala, punggung dan tangan hingga terkapar,” jelas Hondawantri.
Sumber : jpnn.com