TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Kepala kejaksaan negeri Kotamobagu Fien Ering marah-marah, saat masuk ke kantor sekitar pukul 14.30 wita.
“ Apa-apaan ini. Saya kok diwawancarai wartawan hingga ke dapur,” kata Ering di depan pintu masuk ruangannya Senin (9/6).
Ering rupanya tak terima saat diikuti Sandy Mokoagow salah satu wartawan koran lokal yang pos di kantor Kejaksaan. Fien menuding wartawan tersebut mengejarnya hingga ke dapur rumah dinasnya yang tak jauh dari kantor Kejari itu.
“ Harusnya ada etika ya ? Saya kok diikuti hingga ke dapur. Coba pikir, saya perempuan dan dia laki-laki lantas berada di dapur. Harusnya kan dia tunggu saya di kantor,” kata Ering dengan bibir yang dibalut lipstik merah.
Coba panggil Kasi Intel kata dia. Tolong ya, minta wartawan untuk jaga etika, kesalnya dan langsung menuju ruangan.
Sejumlah wartawan yang saat meliput di kantor itu, tampak kaget melihat kepala Kejari tiba-tiba masuk kemudian marah-marah. Setelah dicek, Fien ternyata tak terima saat diwawancarai.
Namun Sandy saat ditanya membantah tudingan Kepala Kejari. Bahkan kata Sandy, itu fitnah apa yang diungkapkan Kepala Kajari.
“ Sumpah demi Allah kalau saya kejar dia di dapur. Saya hanya sampai di depan rumah. Boleh tanya sama teman yang ada dengan saya. Saya hanya di depan rumah dan tidak ikut dia sampai di dapur. Saya juga tanya baik-baik dan saya jaga etika, tidak seperti apa yang disampaikan ibu Kejari,” kata Sandy.
Namun setelah akan dilakukan klarifikasi, Sandy dan sejumlah wartawan, Kejari malah memilih berdiam di ruangan.
Sandy mengakui, jika dia hanya akan mewancarai Kejari seputaran demam piala dunia. “ Saya hanya dapat penugasan dari kantor untuk mewancarai ibu Kajari soal demam piala dunia. Kalau untuk piala dunia, Ibu Kajari mau pegang negara apa. Bukan wawancarai kasus korupsi,” kata Sandy.
Sementara sejumlah wartawan yang bertepatan meliput jalannya pemeriksaan tersangka kasus Korupsi TPAPD di kantor itu, menyesalkan sikap Kajari yang dinilai melecehkan tugas para wartawan saat melakukan peliputan.
“ Harusnya selaku pejabat publik dua kali disapa wartawan sudah tahu. Apaterlebih bertepatan dengan suasana pemeriksaan kasus korupsi. Tolong Kajari hargai tugas dan profesi wartawan. Ini berarti ada yang disembunyikan,” kata sejumlah wartawan yng mengaku kesal dengan sikap Kajari Kotamobagu. (Has)
wah … ceritanya terlalu di melebih lebihkan atau terlalu di buat buat .. namanya aja bahasa koran … 😀