TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU –Kondisi sebagian shelter atau tempat pemberhentian bus rapid transit (BRT) di Kota Kotamobagu mulai rusak. Padahal shelter tersebut belum difungsikan sebagaimana mestinya.
Seperti Shelter BRT yang berada di jalur KS Tubun tepatnya di depan Lapangan Kelurahan Sinindian Kecamatan Kotamobagu Timur, bagian atap mulai bocor, keramik lantai mulai terlepas. Begitu juga kondisi Shelter yang ada di Jalan Paloko Kinalang tampak tidak terawat dan dipenuhi pembungkus Komix, bekas botol minuman serta sampah.
Selain itu, fasilitas pendukung trasnportasi ini banyak yang menjadi sasaran corat-coret dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab.
Keberadaan shelter BRT ini sejak awal menuai protes. Pasalnya, pembangunan shelter ini terkesan dipaksakan tanpa ada kajian lebih mendalam. Selain itu nilai proyek setiap unit dinilai tidak wajar.
“Memang pembuatan shelter tidak dikaji secara matang. Sehingga sehingga belum dipakai sudah rusak dulu, saya menilai proyek ini grusak-grusuk,” ujar Pemerhati Kota Kotamobagu Febri Bambuena.
Alumni UMI Makassar ini mengatakan, dana APBD tahun anggaran 2018 sebesar 1.417 miliar lebih terbuang percuma untuk pembangunan Shelter. Kondisi ini memperlihatkan buruknya perencanaan di Kota Kotamobagu.
Menurutnya, hal itu seharusnya tak perlu terjadi jika proyek yang dibangun dibahas secara matang dan mempertimbangkan pembangunan daerah.
“Pemkot Kotamobagu terkesan tergesa-gesa dan asal-asalan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di daerah,” katanya.
Dia menilai pemerintah hanya mementingkan proyek sehingga dana bisa keluar. Padahal, melihat dari fungsinya, Shelter tersebut belum memberikan fungsi apa-apa.
“Meski pembangunan Shelter sudah rampung, namun tak memberi umpan balik. Malah mulai rusak. Inikan mubazir,” ungkapnya.
Diketahui proyek shelter itu ada 21 unit yang dibangun disejumlah titik Kotamobagu melalui APBD taun anggaran 2018. Namun hingga saat ini belum memberikan manfaat.
Dia menuturkan, tidak ada penumpang yang memanfaatkan shelter tersebut. Apalagi saat ini, becak motor (Bentor) masih menjadi andalan transportasi bagi masyarakat Kotamobagu.
Dia menilai, antara pembangunan shelter dengan rencana pembangunan tak sinkron. Hal tersebut berakibat pemborosan dan menghamburkan uang negara.
“Dibuat tanpa digunakan juga kan lucu. Terlebih mulai rusak,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Kotamobagu Nasli Paputungan menuturkan, ada 21 unit shelter yang sudah selesai dikerjakan akhir Desember 2018 lalu. Pembangunan shelter itu menggunakan dana APBD tahun anggaran 2018 dengan pagu 1.417 Miliar rupiah lebih.
Menurut Nasli, rencananya shelter tersebut sudah akan dioperasikan. Nasli menuturkan ada lima unit bus yang akan dioperasikan secara gratis.
Namun karena masih menggunakan pelat merah, sehingga masih akan digratiskan. Nantinya untuk pengelolaan bus itu, akan dikelolah oleh Koperasi,” jelasnya.
Berdasarkan situs di https://lpse.kotamobagukota.go.id/eproc/lelang, ada 15 perusahan yang mendaftar lelang proyek tersebut. Dari 15 perusahan yang mendaftar, CV. Sumber Abadi menjadi pemenang dalam tender dengan harga penawaran Rp1.417.300.000,00 dari nilai pagu yang ada Rp1.420.000.000,00.
Jika dihitung nilai Rp1.417.300.000,00 dan dibagi 21 unit, maka setiap unit Shelter dianggarkan Rp67.4 juta rupiah lebih. (*)