TOTABUAN.CO — Senegal punya monumen besar di Dakar bernama African Monument Renaissance, berupa patung besar pria menggendong anak dan seorang perempuan. Monumen ini dikritik karena patung perempuannya dinilai terlalu vulgar. Masa sih?
African Monument Renaissance ada di bukit Collines des Mamelles, Dakar, Senegal. Dilansir dari BBC Travel oleh detikTravel, Kamis (2/10/2014), monumen ini menuai banyak protes.
Monumen megah yang banyak menuai kontroversi ini merupakan ide dari Presiden Abdoulaye Wade, didesain oleh arsitek berkebangsaan Senegal, Pierre Goudiaby, dan dibangun oleh Mansudae Overseas Projects dari Korea Utara.
Monumen dengan tinggi 49 meter ini terbuat dari bahan perunggu, dibuat menghadap Samudera Atlantik di atas bukit setinggi 100 meter. Konstruksinya dimulai pada 3 April 2008 dan selesai pada 4 April 2010, tepat saat perayaan 50 tahun kemerdekaan Senegal dari Prancis.
Namun, monumen yang katanya milik semua orang Afrika ini mendapat kecaman justru dari dalam negeri karena figur laki-laki dan wanita yang setengah telanjang. Mereka menganggap monumen ini terlalu seksi lantaran menampilkan patung wanita dengan setengah payudara yang terbuka.
Pemimpin oposisi, Ndeye Fatou Toure, menyebut monumen tersebut sebagai monster ekonomi dan skandal keuangan. Ketika perekenomian Senegal sedang krisis, uang malah dihamburkan untuk monumen tersebut. Biaya pembuatannya juga tidak sedikit, sekitar Rp 328 milyar.
Kritik lain menyebutkan kalau monumen tersebut sangat bergaya Stalinist, merujuk pada bekas pemimpin Komunis Uni Soviet. Monumen tersebut juga merepresentasikan sisi macho dan seksi dari para penguasa Afrika yang otoriter.
Imam setempat menyebut kalau monumen dibuat menyerupai manusia, dianggap sebagai berhala. Pada tahun 2009, Presiden Wade juga meminta maaf kepada umat Kristen karena telah membandingkannya dengan patung Yesus. Ada-ada saja.
Sumber: detiknews