Kotamobagu (totabuan.co) – Zulham Dugian siswa SMP Negeri IX Kotamobagu rupanya jadi bahan cibiran pemerhati pendidikan. Betapa tidak, siswa yang mengalami cacat fisik (tuna netra) ini diperlakukan sama seperti siswa normal lainnya saat mengikuti ujian nasional (UN).
Dia terpaksa didampingi salah satu guru pengawas saat mengikuti ujian. Ini lantaran lembar soal ujian tidak disiapkan khusus yaitu berbentuk braille.
“Saya terpaksa harus ulang sampai tiga kali meminta dibacakan soal oleh guru yang mengawas. Karena beda jika saya baca dengan huruf braille dibanding harus dibacakan,” tutur Zulham saat ditemui di sekolahnya usai mengikuti UN mata pelajaran Bahasa Inggris, Selasa (23/04).
Zulham mengatakan kaku saat mengikti ujian. Sebab berbeda dengan praktek sebelumnya. “Kalau pake braille pasti mengerjakan soal tidak mudah. Nanti setelah saya jawab pakai braille, barulah guru menyalin ke lembar soal UN asli,” kata Zulham yang mengaku pernah didapatkannya saat UN SD di Sekolah Luar Biasa (SLB) Poyowa Besar.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Diknaspora) Kota Kotamobagu Sair Lentang, mengakui tidak ada kiriman naskah ujian khusus tuna netra. “Tahun lalu ada. Apalagi sekolah bersangkutan tidak mengusulkan kalau ada siswa yang tuna netra,” katanya.
Meski demikian, di hari kedua, dia mampu untuk mengisi ujian soal, meski perlu pendampingan guru pengawas. Namun, perlu kerja ekstra dalam mengisi lembar jawaban. Sebab harus melalui perantara guru.
(tr02/has)