TOTABUAN.CO – Malang nian nasib nenek renta, Nyoman Sondri (90) yang merasa menjadi orang asing di daerah kelahirannya sendiri di Mendoyo Jembrana di Bali.
Setelah rumahnya diterjang ombak akibat abrasi pantai Penyaringan Mendoyo. Ia terpaksa harus hidup tak menentu, kadang di aula banjar kadang di bale desa. Hingga akhirnya ia membangun gubuk di sebuah lahan milik negara pinggir jalan jalur Denpasar-Gilimanuk.
Sialnya, hujan angin yang terjadi selama ini membuat rumah yang dibangun nyaris roboh. “Kami tak berdaya lagi pak. Si kakek (suaminya,Red) sudah tak kuat, anak cacat. Bingung tiang (saya,red),” ungkap Sondri, Rabu (28/1) di Jembrana, Bali.
Sebelumnya, mereka tinggal di pinggir pantai di Penyaringan, Mendoyo. Selama 18 tahun tinggal di bibir pantai, harus menyingkir setelah terkena abrasi.
“Anak tiang cacat sejak kecelakaan 10 tahun lalu. Saya hanya bantu di sawah, kadang dibayar kadang hanya di kasi beras,” ibanya.
Sementara itu Perbekel Penyaringan Mendoyo, Made Dresta dikonfirmasi membenarkan kalau keluarga ini memang termasuk KK miskin. Namun karena mereka tidak memiliki tanah untuk dibangun sehingga pihaknya tidak bisa mengusulkan untuk mendapatkan bedah rumah ataupun dana stimulan untuk perbaikan rumah.
“Kita juga bingung bagaimana caranya membantu karena tidak punya lahan. Itu yang ditempati tanah negara. Kami masih berusaha mudah-mudahan saja ada lahan satu are saja sehingga dia bisa membangun rumah,” harapnya.
sumber: merdeka.com