PUASA tinggal beberapa hari lagi, para pengurus BTM, Pegawai Syar’i, para tokoh masyarakat berkumpul di secretariat BTM Darusalam Motoboi Kecil. Oleh Robi Paputungan yang saat itu menjadi komandan pemuda dibawah Remaja Masjid, kami diminta hadir juga. Kami hendak mengajukan pembuatan “tuntul” di lapangan.
Jujur diakui tidak gampang. Lapangan Motoboi Kecil luasnya sekitar 150 x 120 meter, jika keseluruhan lapangan dipasang tuntul bisa memakan minimal 3 drum minyak tanah. “Rencana yang baik, saya yang akan menanggung satu drum,” kata seorang pegawai syar’i yang sudah tua namun penuh semangat.
Semua pandangan terarah pada sang pegawi syar’i tersebut, termasuk kami. Sesungguhnya kami tak berharap suara dari beliau, semua tahu kondisi masing-masing. Tak mungkin juga satu drum minyak tanah seharga Rp 650.000,- dibebankan pada beliau. Kami juga mengira beliau belum begitu tahu berapa harga minyak tanah satu drum itu.
“Baiklah, saya dan pegawai syar’I yang akan menyediakan satu drum minyak tanah,” kata Lurah membijaki, kemudian beliau membisikan sesuatu pada pegawai syari itu—mungkin menjelaskan harga satu drumnya yang tak mungkin dibebankan pada satu orang, sang pegawai syari nampak mengangguk-angguk. “Saya juga menambahkan satu drum,” kata Jemi Lantong, saat itu sedang duduk sebagai wakil rakyat.
Udara panas, nyiur yang masih pendek sudah pada berbuah deras, kelapa mudanya pasti enak, pasti akan menghilangkan dahaga kami di siang yang terik ini. Namun apa daya, kami puasa. Maka, yang bisa kami lakukan hanya mengambil beberapa buah untuk dibawa pulang—urusan kawan-kawan remaja putri yang akan meraciknya untuk suguhan buka puasa nanti.
Patok dan bambu sudah kami kumpulkan dan sudah dibawa ke lapangan. Masalah berikutnya, kami masih butuh botol-botol kecil minuman untuk tempat meletakan minyak tanah—kami memperhitungkan minimal 10.000 buah botol, juga perlu sumbu serta loga-loga, serta perlu tali labrang untuk menghubungkan antar patok—kalau hanya digunakan tali plastic takutnya akan terbakar.
Ternyata benar apa yang dikatakan orang bijak: Lakukan apa yang dapat kamu lakukan maka Tuhan akan menggerakan apa yang tidak bisa kamu lakukan!
Kesadaran masyarakat muncul ketika melihat kami bekerja. Maka masing-masing menyumbangkan apa yang bisa dia sumbangkan. Dan komplitlah semuanya.
Di malam H-3, Motoboi Kecil benar-benar dikepung asap. Namun tak mengurangi antusis masyarakat untuk menontoni hasil kerja kami. Itu cerita tahun 2006. Pada tahun 2011, hal yang sama diulang kembali. Kali ini aku tak ikut-ikutan, teman-teman Remaja Masjid yang melakukan. Aku yakin kendalanya sama.
Sekarang, ketika minyak tanah melonjak sampai Rp 5000,-/liter, rasanya melakukan kegiatan semacam ini tak mungkin lagi. Tuntul pun tinggal kenangan. (*)
[box type=”info”] CITIZEN JOURNALIST : memberi ruang kepada Anda melaporkan peristiwa disekitar Anda baik kegiatan sosial, kegiatan kelompok, organisasi atau kritik terhadap pelayanan publik Dll. Kirim beritanya (disertai foto objek, atau pengirim), ke email : redaksitotabuan@gmail.com | pengirim disertai alamat dan nomor contak | seluruh isi berita jadi tanggung jawab pengirim.[/box]