TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Kabar duka menyeruak di tengah euphoria warga Bolmong Raya menyambut hasil rapat paripurna tahap satu DPR RI usulan pemekaran Provinsi Bolang Mongondow Raya (PBMR).
Mantan Bupati diera 1981-1991 itu dipanggil sang khalik kamis (24/10) sekitar 12.10 wita. Dia adalah Hi Jambat Arsyad Damopolii. Bupati Bolmong ke sembilan itu, wafat di Rumah Sakit (RS) Adven Manado. Ayah lima orang anak dan serta aki (kakek) dari 15 cucu ini, menghadap Sang Khalik setelah lama didera sakit yang cukup kronis.
Informasi yang didapat dari beberapa kerabat dekatnya, dua pekan sebelum menghembuskan nafas terakhir, Damopolii sempat mengalami pendarahan di bagian otak dan langsung dilarikan ke salah satu rumah sakit di Kotamobagu. Namun karena kondisinya makin memburuk, almarhum kemudian dirujuk ke Manado.
Keluarga lalu membawanya ke RS Adven di Teling-Manado. Oleh pihak rumah sakit, pendarahan di bagian otak itu coba diatasi melalui operasi. Namun Tuhan berkata lain. Siang kemarin, Tete’ Gerry sapan akrab almarhum menghembuskan nafas terakhir.
Kepergian tokoh pelopor pemekaran wilayah Bolmong Raya yang lahir pada 25 Juli 1937 ini, mengejutkan banyak pihak. Dari warga biasa, staf PNS (pegawai negeri sipil) maupun pejabat hingga para politisi.
Mereka pun ramai-ramai memanjatkan doa, sekaligus melayangkan ungkapan dukacita. Itu tercermin dari berseliwerannya SMS (short messages services) hingga update status di BlackBerry Messenger (BBM) maupun Facebook.
Kenangan yang ditinggalkan Damopolii begitu kuat melekat di benak seluruh rakyat Bolmong Raya. Betapa tidak, ketika daerah ini masih satu kabupaten (Kabupaten Bolmong), banyak sekali karya-karya monumental dilahirkannya. Di Kotamobagu, misalnya. Karya-karya monumentalnya dapat terlihat dengan jelas.
Mulai dari kantor Bupati Bolmong di Jalan Brigjen Katamso, kompleks perkantoran di Jalan Paloko Kinalang, rumah dinas Bupati Bolmong di Bukit Ilongkow, Gelanggang Olahraga (Gelora) Ambang, Mesjid Raya Baitul Makmur, Rumah Sakit Islam (RSI) Moonow, Pasar Serasi hingga Universitas Dumoga Kotamobagu (UDK).
Di era kepemimpinannya pula, Kabupaten Bolmong pernah mendapat penghargaan tertinggi dari Presiden RI (waktu itu) Soeharto. Yakni, penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha, penghargaan atau anugerah atas pekerjaan yang baik atau sempurna untuk kepentingan banyak orang.
Penghargaan tersebut diberikan Presiden Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri, atas karya JA Damopolii sebagai Bupati Bolmong, karena telah menunjukkan hasil karya tertinggi pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Lebih istimewa lagi, dari 14 bupati yang pernah menakhodai Kabupaten Bolmong hingga saat ini, hanya almarhum yang mendapat penghargaan tertinggi dari Presiden RI.
Di masa kepemimpinannya pula wacana pemekaran Kabupaten Bolmong mulai mencuat ke permukaan. Tepatnya pada 1986, aspirasi pemekaran luas mencuat dari seluruh lapisan masyarakat.
“Ketika itu, almarhum mencetuskan untuk menjadikan Kotamobagu sebagai kota administratif. Namun tidak disetujui,” ungkap Holid Makalalag, ajudan semasa JA Damopolii sebagai bupati.
Semasa hidupnya, almarhum diketahui sempat dua kali menikah. Dari pernikahan pertamanya dengan Hj Sareme Lamakarate (almarhumah), mereka dikaruniai lima orang anak. Masing-masing Drs Arman Adiprana, Tazy Adipraty, Kol Pnb Moh Arif, Kartika Indriati, serta Muhammad Rizal. Setelah cukup lama hidup membujang pasca-meninggalnya istri pertama, ia pun menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Hj Faizah. Tidak ada anak dari perkawinan keduanya.
Keistimewaan lain yang patut dicontoh dari JA Damopolii, terutama oleh para kepala daerah atau penguasa, adalah tidak memberikan keistimewaan apapun kepada anak-anaknya. Terbukti, dari kelima anaknya tersebut, tidak satupun di antara mereka yang merintis karir sebagai abdi negara alias PNS.
Almarhum tiba di Kotamobagu kamis malam setelah menempuh lebih dari lima jam perjalanan dari Manado. Rencananya, almarhum yang kini disemayamkan di kediaman pribadinya di Jalan Mantan, Kelurahan Mogolaing, akan dikebumikan pagi ini sekitar pukul 09.00 WITA
Editor Hasdy Fattah