TOTABUAN.CO — Leluhur di Indonesia pada zaman peradaban manusia, ternyata sudah mengenal seni. Hal ini terbukti saat para arkeolog menemukan lukisan dinding gua di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Penelitian kerjasama antara Pusat Arkeologi Nasional (Indonesia), Universitas Wollongong dan Universitas Griffith (Australia), Balai Peninggalan Cagar Budaya Makasar dan Balai Arkeologi Makasar, menyakini hal itu sebagai sisa-sisa peradaban manusia prasejarah di Situs Arkeologi Maros.
Mereka telah memberikan sebuah pemahaman baru mengenai umur lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan. Hasil pertanggalan terhadap lukisan pada situs-situs arkeologi di Maros, menunjukkan umur yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Eropa, yaitu minimal sekitar 40.000 tahun yang lalu. Namun, lukisan tersebut diklaim tertua di dunia.
Arkeolog dari Pusat Ilmu Arkeologi Universitas Wollongong Australia, Adam Brumm, mengatakan, hal ini memberikan gambaran bahwa manusia modern awal yang telah menghuni kawasan Sulawesi Selatan telah mengenal seni cadas (rock art). Sama halnya yang terjadi di Eropa pada waktu yang hampir bersamaan.
“Berdasarkan data yang ada, sejauh ini para arkeolog di dunia beranggapan bahwa lukisan dinding gua muncul pertama kali di Eropa. Hal itu didukung oleh penemuan lukisan sederhana (non-figurative) di situs El Castillo, Spanyol,” ujarnya di Gedung Pusat Arkeologi Nasional, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (9/10).
Diakui Ketua Penelitian Situs Maros ini, Pulau Sulawesi memiliki potensi sumber daya arkeologi yang sangat melimpah, terutama di kawasan Selatan. Di antara situs-situs arkeologi yang sangat menonjol adalah situs gua yang beberapa di antaranya mengandung lukisan dinding gua (rock art/cave art).
Tim peneliti Dr. Maxime Aubert dari Griffith University Australia juga menyakini bahwa lukisan gua di Maros ini adalah yang tertua di dunia. Hasil temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah,Nature.
“Mereka mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran mereka ke dalam bentuk lukisan. Lukisan dinding gua merupakan salah satu bentuk pemikiran abstrak manusia di masa lalu yang diekspresikan dalam seni pada dinding gua (tempat tinggal mereka),” jelasnya.
Penelitian yang sudah dilakukan sejak 2011 ini, lanjut Aubert, memetakan lebih dari 100 gua di derah perbukitan karst di wilayah Maros, Sulawesi Selatan. Sekitar 60 gua terdapat gambar-gambar lukisan, dan tujuh di antaranya dijadikan sampel untuk dilakukan penelitian secara mendalam. Dari gua ditemukan banyak lukisan cetakan tangan dan ada juga yang bergambar hewan seperti babi rusa.
Peneliti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, Muhammad Ramli, menjelaskan, informasi awal mengenai arkeologi di Maros ditemukan dua bersaudara asal Swiss, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin yang melakukan penggalian di beberapa situs gua pada tahun 1920-an.
Namun demikian, informasi mengenai keberadaan lukisan dinding gua baru diketahui dari C.H.M. Heeren-Palm pada tahun 1950-an dari Situs Leang PattaE, Maros dan sejak itu belum diketahui secara pasti mengenai umur dari lukisan dinding gua tersebut.
sumber : beritasatu.com