TOTABUAN.CO SURABAYA – Pemkot Surabaya menemukan dua bocah lagi yang terkena dampak buruk keberadaan lokalisasi. Seorang bocah –sebut saja Ayu yang masih berusia delapan tahun– punya ketergantungan hebat pada seks.
Seorang bocah lagi –sebut saja Jelita yang berusia 13 tahun– dipekerjakan di sebuah tempat karaoke. Meski masih anak-anak, dia juga dipaksa untuk mengonsumsi sabu-sabu.
Senin kemarin (4/8) dua bocah itu diundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke ruang kerjanya. Mereka diminta untuk bercerita tentang derita dan nasib malang yang selama ini dialami. ”Yang saya takutkan di luar sana masih banyak yang seperti ini,” ungkap Risma seperti dilansir JPNN.Com .
Di antara dua anak yang dihadirkan, hanya Jelita yang bisa bercerita secara langsung tentang kondisinya. Ayu memang diperlakukan secara khusus. Bocah yang masih duduk di bangku SD itu tidak bisa menahan nafsu berahi bila bertemu dengan laki-laki.
Risma pun hanya memperkenankan wartawati untuk mewawancarainya dengan ditemani penjaga. Risma juga terlibat dalam obrolan di ruang khusus itu. Beberapa saat dia keluar dari ruangan tersebut dan menceritakan kekagetannya saat memulai perbincangan dengan Ayu. Risma ditanya mengapa tidak memakai gincu dan maskara. ”Aku ya kaget ditanyai ’Bu Wali kok ndak pakai ini (sambil memegang bibir) dan ini (sambil memegang bulu mata)’,” kata Risma pelan.
Dia tidak menyangka bocah umur delapan tahun bisa berkata seperti itu. Risma lebih kaget lagi saat ditunjukkan bahwa Ayu memakai maskara.
Sumber: JPNN.Com