TOTABUAN.CO BOLMONG— Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), terpantau stabil. Pemantauan per 22 Desember 2025, menunjukkan tidak ada gejolak berarti pada komoditas utama yang biasa mendorong inflasi akhir tahun.
Beras, sebagai kebutuhan paling vital, masih berada pada level aman. Beras Cap Serayu dan Ciherang (medium) misalnya, bertahan di harga Rp13.500/kg. Sementara varian premium seperti Cap Ciherang Premium dan Serayu Premium juga tidak mengalami perubahan dari hari sebelumnya.
Komoditas hortikultura yang biasanya naik saat Nataru justru mengalami penurunan tajam. Cabai merah keriting turun dari Rp56.667 menjadi Rp42.667, sedangkan cabai rawit merah merosot dari Rp56.333 menjadi Rp26.667/kg. Penurunan harga cabai ini dinilai sangat membantu menjaga stabilitas harga di masyarakat.
Komoditas minyak goreng juga terjaga. Minyak goreng curah Rp17.400/liter, kemasan premium Rp21.000, dan Minyakita Rp17.000/liter, seluruhnya stabil tanpa perubahan.
Untuk komoditas hewani, daging ayam ras turun tipis dari Rp37.181 menjadi Rp36.780/kg, sedangkan ikan tongkol, ikan teri, dan telur ayam ras tetap pada harga sebelumnya. Di kelompok sayur dan konsumsi harian seperti tomat, sawi hijau, bawang putih, tahu, tempe, hingga kentang, seluruhnya terjaga stabil.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bolmong Seriyanto mengatakan, bahwa stabilitas harga menjelang hari besar keagamaan nasional merupakan prioritas pemerintah daerah. Distribusi pangan terus dikawal agar tidak terjadi kelangkaan maupun spekulasi harga.
“Kami memastikan pasokan tetap lancar, terutama untuk komoditas pemicu inflasi seperti beras, cabai, minyak goreng, dan telur. Tim pasar melakukan pemantauan harian untuk menjaga agar harga tetap terkendali selama Nataru,” ujar Seriyanto.
Pemda Bolmong katanya, mengapresiasi suplai yang cukup dari pelaku usaha dan pedagang lokal sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa lonjakan berarti.
Dengan kondisi ini, masyarakat dinilai dapat menyambut Natal dan Tahun Baru dalam situasi harga pangan yang kondusif, tanpa beban kenaikan harga yang signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. (*)





