TOTABUAN.CO – Kelompok teror ISIS punya dukungan finansial yang relatif kuat. Mereka mengumpulkan uang dari minyak, pajak, uang tebusan sandera, pemerasan, juga penjarahan. Namun, sebagian kekayaan itu kini hancur lebur. Tinggal abu dan asap.
Pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat menghancurkan ‘bank’, tempat penyimpanan sekaligus distribusi uang ISIS di Kota Mosul, Irak.
“Lokasi tersebut digunakan ISIS untuk mendistribusikan uang untuk mendanai aktivitas terorisme,” kata Letnan Komandan Ben Tisdale, juru bicara pihak AS seperti dikutip dari Guardian, Selasa (12/1/2016).
Sementara itu, sumber dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bermarkas di Pentagon menyebut dua bom yang masing-masing seberat 900 kilogram menghancurkan uang kertas yang nilainya mencapai jutaan dolar AS.
“Kami memperkirakan jumlahnya hingga jutaan dolar…yang mereka dapatkan secara tak halal: dari minyak, penjarahan juga pemerasan.
Sementara itu, seperti dikutip dari CNN, serangan yang dilakukan pada Senin pagi waktu setempat juga menewaskan antara 5-7 warga sipil.
Belakangan, koalisi yang dipimpin AS gencar melakukan serangan udara lewat jet tempur atau drone ke ISIS, terutama menghancurkan pundi-pundi uang mereka — termasuk membom truk yang diduga mengangkut minyak dari ladang yang dikuasai ISIS di Suriah.
Pentagon menyebut, bukan kali ini saja mereka menargetkan fasilitas penyimpan uang ISIS. Namun aksi kali ini mungkin adalah yang terbesar.
Diduga, gudang duit yang kini tinggal puing tersebut menyimpan lembaran dolar AS dan mata uang negara lain, juga dinar setempat.
ISIS menggunakan sejumlah dananya untuk ‘uang darah’ — kompensasi atas militan yang tewas, juga untuk membayar gaji.
‘Pejuang’ asing adalah yang mendapat bayaran paling mahal di ISIS. Mereka digaji hingga US$ 1.000 per bulan.
Dan tak seperti Al Qaeda, ISIS memiliki wilayah teritorial. Dibutuhkan dana untuk menjamin sekolah-sekolah tetap aktif dan mendanai sistem kesejahteraan untuk menjaga loyalitas anggotanya.
Sumber: liputan6.com