TOTABUAN.CO BOLMUT–Annisa Buhari (1,4) itulah nama yang diberikan Hasan Buhari dan Lilis Ponamon ayah dan ibunya. Bayi ini hanya menangis dan terbaring di sal rumah sakit umum daerah Kabupaten Bolmong Utara (Bolmut) sejak sepekan.
Annisa, terpaksa di rujuk ke rumah sakit, karena mengalami penyakit hydrocephalus. Namun, meski berada di rumah sakit, dokter pun tak biasa berbuat banyak karena keterbatasn peralatan medis.
Begitu juga dengan kondisi ekonomi ayah dan ibu Annisa yang terbilang ekonomi lemah. Keluarga ini berasal dari Desa Paku, Kecamatan Bolangitang Barat.
“Saya kasihan melihat penderitaan anak ini, kepalanya setiap hari membesar. Untuk sementara kami terpaksa merawatnya di rumah sakit, belum bisa dioperasi karena biayanya mahal,” kata Hasan saat berada di samping Annisa di kamar inap RSUD Bolmut.
Hasan menuturkan, penyakit yang dialami putrinya ini sejak berumur tiga bulan. Dia kaget, karena kepala putrinya terus membesar. Upaya untuk melakukan operasi terkendala, karena Hasan mengaku tak memiliki dana.
“Kami berharap ada orang dermawan yang bisa meringankan beban kami. Kami juga ingin ada bantuan pemerintah supaya anak kami tumbuh seperti anak normal lain,” tuturnya. Direktur RSUD Bolmut, dr Soegeng Hermawan menjelaskan, hingga kini pihaknya masih menggratiskan perawatan terhadap balita penderita hydrocephalus tersebut.
“Memang tidak ada biaya yang dipungut karena kami juga belum miliki perda retribusi untuk rumah sakit,” ujarnya.
Menurut Soegeng, pihaknya masih terkendala soal fasilitas. Sehingga dia anjurkan untuk melakukan operasi di rumah sakit yang lebih lengkap fasilitas medisnya.
“Harus diakui, sejak mulai beroperasi, fasilitas disini belum lengkap. Kami anjurkan, sebaiknya dirujuk saja ke rumah sakit di Manado atau Makassar karena fasilitas jauh lebih baik,” paparnya. Selain itu kata Soegeng, biaya yang dibutuhkan untuk operasi kurang lebih Rp 30 – 50 juta.
Editor Hasdy Fattah