TOTABUAN.CO, JAKARTA – Terjadi penurunan angka kecelakaan sebesar 20% pada pelaksanaan mudik Lebaran tahun ini. Hal itu, menandakan kesadaran masyarakat tentang keselamatan berkendara mulai tinggi. Anggota kepolisian bakal terus melakukan pengamanan hingga arus balik mendatang.
“Soal kecelakaan, rata-rata jumlah korban meninggal menurun 20%. Saya kira ini adalah kerja keras semuanya, termasuk para pemudik sendiri. Karena, mereka sudah mendapatkan imbauan. Kalau tak taat bisa kecelakaan, namun kalau patuh dan disiplin itu bisa mengurangi angka kecelakaan. Artinya apa? Kesadaran masyarakat tentang keselamatan sudah mulai tinggi,” ujar Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, usai melaksanakan Salat Id, di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 8 Agustus 2013.
Dikatakan Timur, selain menekan angka kecelakaan, anggota di lapangan juga berhasil melakukan rekayasa arus lalu lintas, sehingga kemacetan terurai dan mengakibatkan waktu tempuh berkurang.
“Mudik luar biasa ya. Yang signifikan adalah mengurai lamanya orang mudik dari Cikopo sampai perbatasan Jawa Tengah yang dulunya ditempuh 24 jam, kami bisa urai 12 jam maksimal. Kemudian, kemarin H-3 itu masih padat. Tapi, sekarang pilihan masyarakat banyak. Mungkin liburnya juga lebih banyak,” bilangnya.
Menyoal bagaimana pengamanan arus balik, Timur mengatakan, anggota tetap berada di lapangan untuk melakukan penjagaan dan pengamanan, termasuk mengatur arus lalu lintas di jalan.
“Kita lebaran sampai besok, dua hari. Teman-teman kita yang pegawai negeri memang cepat masuk kantor, tapi liburan anak sekolah masih ada. Mudah-mudahan ini bisa diprediksi para pemudik, jadi bisa bergiliran. Hari Sabtu dan Minggu menjadi perhatian kami. Artinya, anggota yang berada di jalur pantura, di jalur balik, masih berada di posisi untuk mengamankan pelaksanaan arus mudik,” jelasnya.
Ihwal ada kemungkinan pengguna sepeda motor meningkat pada saat arus balik, lantaran sebelumnya pemudik mengangkut kendaraannya ke kampung halaman menggunakan kapal dan kereta, Timur menyampaikan, biasanya pemudik akan tetap balik menggunakan kendaraan umum.
“Arus mudik dan balik sama. Artinya, ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek), masyarakat peduli, kereta, dan kapal juga menyediakan untuk kembalinya. Jadi sudah ada semacam penyesuaian dari pemudik. Kalau baliknya nanti naik bus juga,” katanya.
Timur berharap, pelaksanaan mudik kali ini dapat berjalan lancar dan menekan angka kecelakaan.
“Sekali lagi, mudah-mudahan pelaksanaan arus mudik lebih lancar dan Insya Allah kecelakan bisa ditekan semaksimal mungkin. Tentunya, perlu kesadaran dari pemudik,” harap Timur.
Sehari sebelumnya, Kepala Bagian Peneragnan Umum (Kabagpenum) Mabes Polres Kombes Pol Agus Rianto memaparkan, hingga H – 232 lebaran, mencatat 232 orang pemudik meninggal dunia dalam kecelakaan lalu linta.
“Sejak Operasi Ketupat dijalankan sampai kemarin, tercatat 232 orang korban meninggal karena kecelakaan,” Agus.
Hingga H-2 Lebaran, pihaknya mencatat sebanyak 1.124 kecelakaan yang sebagian besar disebabkan karena kondisi pengendara yang mengantuk.
Agus merinci sejak H-6 hingga H-2, kecelakaan yang disebabkan kantuk sebanyak 240 kasus, disusul akibat tidak menjaga jarak antarkendaraan 126 kasus, melanggar batas kecepatan 104 kasus, melanggar lampu lalu lintas 25 kasus, serta akibat pengaruh alkohol 24 kasus.
Sementara jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak 292 kasus dengan 54 korban tewas dan 95 orang mengalami luka berat.
Agus menyebut tercatat sebanyak 181 kasus kejahatan yang terjadi H-2 Idul Fitri 1434 H dalam penyelenggaraan Operasi Ketupat 2013.
“Situasi kamtibmas masih tetap kondusif, kasus kejahatan yang terjadi 181 kasus per kemarin,” katanya.
Dari 181 kasus kejahatan, rinciannya kejahatan konvensional 174 kasus, kejahatan transnasional enam kasus dan satu kasus kejahatan berimplikasi kontijensi.
Data tersebut mengalami penurunan dari jumlah kasus kejahatan hari sebelumnya, H-3 yakni sebanyak 251 kasus.
Sementara dari lima jenis kejahatan kriminalitas yang menonjol selama Operasi Ketupat 2013, kasus curanmor menempati urutan pertama yang paling banyak terjadi, disusul pencurian dengan pemberatan (curat), penganiayaan berat dan pencurian dengan kekerasan.
sumber: beritasatu.com