TOTABUAN.CO SULUT— Langkah rombongan Pemprov Sulut dipimpin Penjabat Sekretaris Provinsi (Pj Sekprov) Tahlis Gallang berhenti di sebuah pusara sederhana di Desa Bilalang Dua, Kecamatan Kotamobagu Utara, Jumat (19/9/2025). Di tempat peristirahatan terakhir almarhum Abdullah Mokoginta itu, suasana hening tercipta. Doa dipanjatkan, bunga ditabur, dan rasa hormat pun diberikan.
Abdullah Mokoginta bukan nama asing dalam perjalanan Sulawesi Utara. Ia pernah menjabat Wakil Gubernur periode 1986–1991, lalu melanjutkan pengabdian di tingkat nasional sebagai anggota DPR RI pada 1992–1999. Jejaknya dalam politik dan pemerintahan dikenang sebagai bagian penting dari pondasi pembangunan daerah.
“Ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan wujud penghargaan atas jasa para pemimpin yang telah lebih dulu mengabdi. Apa yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan mereka,” ujar Pj Sekprov Sulut Tahlis Gallang usai ziarah Jumat (19/9).
Ziarah makam menjadi agenda rutin dalam rangkaian HUT Sulut. Gubernur Sulut Mayjend TNI (Purn) Yulius Selvanus SE memimpin ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Di tempat itu, doa dipanjatkan untuk para tokoh asal Sulut yang dimakamkan di ibu kota negara.
Kamis (18/9), giliran Gorontalo yang menjadi tujuan. Rombongan mendatangi makam Abdullah Amu, Gubernur Sulut periode 1966–1967, serta Hasan Abas Nusi, Wakil Gubernur Sulut periode 1995–2000. Dalam setiap kunjungan, keluarga almarhum menyambut dengan penuh kehangatan.
“Doa kami semoga Sulut semakin maju dan sejahtera,” ungkap salah satu keluarga Hasan Abas Nusi, menyampaikan apresiasi kepada pemerintah yang masih setia mengenang para pemimpinnya.
Bagi Pemprov Sulut, ziarah bukanlah seremoni kosong. Ini adalah refleksi perjalanan panjang daerah yang sudah memasuki usia 61 tahun. Pj Sekprov Sulut Tahlis Gallang menegaskan, apa yang dilakukan pemerintah adalah pesan moral agar generasi kini tidak melupakan sejarah.
“Para pemimpin terdahulu telah menanamkan fondasi. Tugas kita adalah melanjutkan dan menyempurnakan, agar Sulawesi Utara semakin maju dan sejahtera,” tambahnya.
Usia ke-61 bukan hanya angka, melainkan momentum untuk menyiapkan diri menuju tahun ke-62. Sulut dihadapkan pada tantangan pembangunan yang semakin kompleks, mulai dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan ekonomi daerah, hingga menjaga kerukunan di tengah keberagaman.
Tradisi ziarah menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati adalah pengabdian. Dan dari pusara para pendahulu itulah, semangat itu terus dihidupkan. (*)