TOTABUAN.CO BOLMONG – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim) resmi dibuka Presiden Joko Widodo, Sabtu malam. Ajang untuk memilih Rais Aam dan Ketua Tanfidz Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bakal berlangsung ketat. Sejumlah pimpinan lembaga otonom organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia itu pun menyatakan dukungan kepada para kandidat. Salah satunya datang dari Ketua Pengurus Wilayah (PW) Ansor Sulawesi Utara (Sulut) Benny Rhamdani.
Brani sapaan akrabnya mengatakan bahwa kehadiran pihaknya di Muktamar ke-33 NU di Jombang adalah untuk memberikan dukungan kepada KH Mustofa Bisri atau Gus Mus sebagai Rais Aam dan KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Tanfidz PBNU karena visi keduanya yang dinilai sejalan dengan tema muktamar kali ini yaitu “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.
Dia menjelaskan bahwa organisasi NU diurus melalui dua kamar yakni tanfidziyah dan syuriyah. Dukungan kepada KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Tanfidz PBNU karena sosok incumbent ini memahami dan mampu memainkan peran-peran politik kenegaraan dalam konteks NU sebagai organisasi Islam terbesar.
“Peran-peran politik kenegaraan tidak lepas dari kontribusi besar NU. Sebab, dari 240 juta penduduk Indonesia, sekitar 94 juta adalah warga Nahdliyin,” kata Brani sapaan akrabnya.
Untuk posisi syuriyah katanya, harus diurus oleh kyai besar atau alim ulama yang tempatnya berada di atas atau altar kesucian.
“Dan tidak boleh turun mengurusi urusan-urusan politik kenegaraan. Dia harus tetap berada di puncak ketinggian imamah,” ujarnya.
Untuk posisi tersebut, dari sekian banyak kyai, Gus Mus dianggap tepat menempatinya guna menjawab tantangan Indonesia dan global.
“Ini pasangan ideal, pasangan yang Insya Allah akan istiqamah pada pakem dan maqom sebagaimana NU 1926 atau spirit ketika NU dilahirkan,” katanya.
Benny Rhamdani yang kini menjabat Wakil Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) menjelaskan bahwa perjalanan bangsa maupun dunia dalam konteks sejauh mana Indoensia mampu berperan dalam tantangan global sangat ditentukan oleh NU.
“Oleh sebab itu, kita tidak boleh salah menentukan kepemimpinan tanfidz dan syuriyah. Untuk itu, secara pribadi dan juga sebagai Ketua PW Ansor Sulut dan Ansor seluruh Indonesia kami menyatakan dukungan kepada dua kyai dan ulama besar ini,” ujarnya.
Benny yang ditugaskan menjadi kordinator dua provinsi yakni Sulut dan Gorontalo dalam muktamar ini mengaku optimis, Gus Mus dan Said, akan mendapatkan dukungan mayoritas. “Kita haqul yakin,” katanya.
Mengenai perdebatan yang berkaitan dengan sistem yang akan diterapkan dalam hal menetapkan Rais Aam, menurutnya tidak perlu diperdebatkan serius.
“Penggunaan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dalam menetapkan Rais Aam adalah yang terbaik. Sebab, bila di rumah besar NU sistem pemilihan Rais Aam dilakukan pemilihan secara langsung, maka berpotensi menyebabkan benturan,” ujarnya.(**)