Adzan Ashar berkumandang, di sebuah kebun yang terletak di Desa Poyowa Besar Kecamatan Kotamobagu Selatan, sang Hakim terlihat beristirahat sejenak. Keringat mengucur dari tubuhnya, sambil meneguk air dari cangkir. Senyuman itu mengawali bincang-bincang kami bersama Bakid Pemuda BMR dengan DR. Hi.Lexsy Mamonto, SH, MH.
Saya Salat Ashar dulu ujarnya, sambil mengajak kami untuk shalat berjamaah. Sesudah Salat, melanjutkan bincang-bincang kami sambil ditemani kopi.
“Kehidupan Orang Mongondow tidak bisa terlepas dari kebun dan sawah. Saya dibesarkan, dan disekolahkan dari hasil kebun dan sawah. Ini adalah akar kita, tanah Totabuan begitu subur, apa yang ditanam Insya Allah akan tumbuh dan berkembang, seperti lirik lagu Koes Plus, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” katanya di Poyowa Besar, belum lama ini. .
“Keseharian Orang Mongondow, baik itu PNS, pengusaha atau profesi lainnya sangat dekat dengan kebun dan sawah. Mereka bekerja, sibuk dengan urusan masing-masing. Namun diakhir pecan mereka meluangkan waktunya untuk melihat,mengunjungi, merawat kebun dan sawah mereka sendiri. Di samping membuat pikiran jadi fresh, juga membuat tubuh menjadi sehat. Ada juga yang menjual hasil panen untuk tambahan penghasilan keluarga,” jelasnya.
Episode kehidupan seseorang berputar seperti roda, ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita di bawah. Dengan berkebun, kita membantu kehidupan orang lain. Apakah mempekerjakan mereka untuk merawat dan mengolah kebun dan sawah dengan sistem tumoyo (sistem bagi hasil orang Mongondow), atau menggaji mereka. Ketika kita diatas, kita tidaklah melupakan akar kita, dari mana kita berasal. Ketika kita dibawah, kita mampu bersabar, melatih jiwa untuk kuat dan tegar.
Lebih jauh, hasil kebun dan sawah dapat menjadi safety net (jaring pengaman) ketahanan pangan untuk keluarga, Sehingga dalam keadaan keuangan sebuah keluarga minim, mereka tidaklah kelaparan. Kalau kelurga tidak menderita kelaparan, mereka mampu berpikir dan bekerja. Ini filosofi dasar yang diajarkan oleh orang tua kami dahulu, katanya.
Orang Mongondow sangat menghargai kekeluargaan, sehingga walaupun tidak memiliki hubungan darah, namun tetap mendapat sapaan Utat. Fungsi lain dari kebun dan sawah, secara tidak langsung mampu memperat hubungan kekeluargaan. Contohnya : Ba gutat (membantu dalam bentuk barang atau uang tatkala keluarga ada hajatan) dengan hasil kebun dan sawah, urainya.
Berkebun adalah panggilan hati, berkebun membuat kita dekat dengan alam. Kecintaan kita kepada sesama manusia, kepada makhlum hidup ditambah kecintaan kita kepada alam, Insya ALLAH akan membawa kita kepada Rahmatan Lil Allamin.. tutupnya.
(Bakid Pemuda BMR)