TOTABUAN.CO SULUT — Situasi pandemi covid-19 yang sangat menghantam multisektor disiasati dengan berbagai terobosan. Salah satunya gebrakan ekspor komoditas andalan daerah yang dilakukan oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey dengan menyasar pasar Jepang. Setelah produk ikan tuna, kini komoditas ikan Nila rempah berhasil dikirim.
Ekspor dengan penerbangan langsung (direct call) menggunakan pesawat Garuda dari Bandara Sam Ratulangi Manado ke Bandara Narita, Jepang pertama kali dilepas oleh Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey pada Rabu (24/9) lalu. Penerbangan kargo pertama itu menjadi kado di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-56 Provinsi Sulawesi Utara.
”Saya mendapat kabar kalau penerbangan kedua tadi malam sudah mengangkut rempah dan ikan nila. Ini sangat baik dan menjanjikan untuk petani kita. Kita memang tidak menyerah saat pandemi dan terus menggenjot ekspor,” kata Olly Dondokambey yang kini menjalani cuti karena ikut Pilgub.
Setelah komoditas Ikan tuna, ternyata produk rempah-rempah sebagai kekayaan alam khas nusantara mulai mendapat permintaan dari Jepang.
“Ya memang Kita lanjut terus. Dan kali ini lebih menjanjikan karena sudah masuk ke komoditas lain yakni ikan nila dan rempah. Sejak dilaunching pak Gubernur Olly minggu lalu, ternyata animo makin besar memanfaatkan penerbangan langsung ini,” kata Kadis Kelautan dan Perikanan Tineke Adam.
Tineke menjelaskan, ekspor kali ini mencapai total 13, 572 ton yang umumnya adalah ikan tuna. Menariknya, dari sample 100 kilogram ikan nila pada pengiriman pertama kini melonjak menjadi 200 kilogram dan diharapkan akan terus naik.
Tineke menjelaskan, ekspor dengan penerbangan langsung dari Manado ke Jepang ini membuka lembaran kemajuan baru bagi perekonomian Sulut. Sebab aneka komoditas unggulan daerah bisa diserap di pasar internasional, khususnya Jepang.
“Dorongan kuat pak Olly, agar semua komoditas pertanian dan perikanan agar dapat diterima di pasar Jepang. Kami berupaya dorong dan fasilitasi para eksportir kita,” jelasnya
Dalam daftar ekspor langsung dari Sulut ke Jepang itu, ada Ikan Tuna, Lobster 20 Kg dan Nila 200 Kg dengan total 6.144 Ton, serta sampel Pertanian 90 Kg. “Ada tambahan yang lain juga khusus Nila beku yang bertambah. Kalau minggu lalu baru 100 kg, sekarang permintaannya sudah naik,” lanjutnya.
Salah satu eksportir, Flory Sumerah, berterima kasih atas terobosan direct call ekspor ini. Apalagi terobosan ini dilakukan di tengah pandemi, sehingga membuka peluang bagi eksportir seperti dirinya untuk tetap bertahan dan bahkan mendapatkan peluang baru dari kegiatan ekspor ini.
“Saya sangat berterima kasih kepada pemerintahan Olly Dondokambey dan Steven Kandouw karena sudah menciptakan iklim berbisnis yang sangat baik, sehingga peluang usaha terbuka dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarkat,” tutur Flory yang dikenal pemilik usaha CV Rengas Jaya.
Harapan sama datang dari Raifel Wowiling, petani nila di Kawiley Kec. Kauditan, Minahasa Utara. Sebagai petani nila dirinya merasa senang karena ada harapan di tengah situasi pandemi ini.
“Selama pandemi ini kami dilema, karena ikan nila harus diberi makan terus, namun sulit dipasarkan karena harganya murah. Dengan adanya peluang ekspor ini, kami tentu sangat berterima kasih ke bapak Gubernur Olly yang sudah mendengarkan jeritan hati kami,” tutur Raifel. (*)