TOTABUAN.CO – Rombak kabinet semakin menguat di tengah Istana. Belum diketahui pasti waktu pengumumannya, namun sumber di dalam Istana menyebutkan pembahasan mengenai rombak kabinet oleh Presiden Joko Widodo terus berjalan.
Pembicaraan serius terbukti Kamis (31/3). Presiden Jokowi sampai membatalkan kunjungan kerjanya ke Jawa Timur demi melakukan pembahasan rombak kabinet, selama 1,5 jam.
Perombakan bukan baru-baru ini terdengar. Pidato Jokowi di 2016 memperlihatkan potensi rombak kabinet menguat. Jokowi tampaknya tidak akan main-main bagi menteri yang tidak bisa menjalankan target pemerintah, mundur atau dimundurkan.
Peringatan sempat dilontarkan Jokowi kepada menterinya. Rapat Kerja Penyusunan 2017 bersama dengan seluruh menteri Kabinet Kerja di Istana Negara jadi saksi. Saat itu, Jokowi menyindir dua nama menteri, yakni Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Basuki saat itu disindir Jokowi soal pembagian dana kepada jajaran pejabat kementerian PU-Pera seperti Dirjen, Direktur dan sebagainya. Menurut Jokowi, pejabat di bawah menteri tidak perlu diberikan anggaran terutama jika tidak ada program yang dilaksanakan.
“Selama ini kita selalu berikan contoh, di Kementerian PU-Pera ada anggaran Rp100 triliun, 11 dirjen di PU langsung diberi semua. Gak perlu seperti itu. Kita jadi enggak jelas, fokus,” kata Jokowi di tengah rapat kerja.
Susi kena semprot Jokowi soal penggunaan kalimat kompleks untuk menjelaskan pelaksanaan program pemerintah yang semestinya tepat sasaran dan sederhana.
“Saya ingatkan lagi Bu Menteri Susi langsung to the pointnya saja. Langsung beli jaring, beli benih, beli kapal, buat nelayan gitu saja,” kata Jokowi saat itu.
Selain kedua menteri tersebut, Jokowi juga berkali-kali menyindir Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam seremonial dan rapat terbatas. Yang terbaru adalah ketika ratas mengenai penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di Kantor Presiden, Rabu (30/3) kemarin.
Saat itu, Jokowi menyindir Jonan karena kebijakan kementerian untuk menaikkan tarif setiap harga BBM mengalami kenaikan. “Jangan sampai (BBM) naik ikut naik berkali lipat, tapi turun diam saja,” ujarnya kepada Jonan.
Jonan juga ‘disentil’ saat Jokowi membuka peresmian Pusat Logistik Berikat pada Kamis (10/3) di Cakung. Saat itu, Jokowi menceritakan mengenai perbaikan dwelling time atau waktu bongkar muat di pelabuhan. Jokowi kesal karena ketika berkunjung langsung ke lapangan menemukan penjelasan berbagai pihak yang berbelit-belit.
Sindiran pun dilayangkan ke Kepala Staf Presiden Teten Masduki karena persoalan kereta cepat. Pembangunan kereta cepat memiliki pro dan kontra. Investor sudah tertarik namun publik menentang dengan berbagai alasan, khususnya faktor transparansi pemerintah.
Di sisi pemerintah, saat itu, sudah tampak kesatuan suara: mendukung proyek kereta cepat ini meskipun ada tentangan publik. Kebulatan suara itu tampak dari Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Direktur PT KCIC Hanggoro Budi Wirjawan.
Namun, saat melakukan jumpa pers, tampak nyata keengganan Jonan akan berlangsungnya proyek itu, terutama karena permohonan pemberian izin yang terkesan terburu-buru.
“Adalah hak negara yang diberikan dalam izin konsesi bukan negosiasi. Negara berikan petunjuk sesuai UU bukan seenaknya menteri sendiri,” kata Jonan dengan nada kencang.
Atas pernyataannya tersebut, Teten sampai memotong penjelasan Jonan dan mengatakan,”Regulator urusan KAI ya Jonan namun sudah keputusan pemerintah, ya harus taat aturan.”
Jokowi pun mengingatkan dalam sambutannya, dia mau target waktu 3 hari dipenuhi oleh jajarannya. Kalau tidak, ancamannya adalah rombak kabinet, seperti yang pernah dialami oleh Indroyono Soesilo mantan Menteri Koordinator Maritim.
“Saya akan pantau terus. Jangan sampai ada korban lagi masalah dwelling time. Saya enggak main-main masalah ini,” ujarnya.
Selain itu, menteri-menteri yang juga kena sentil Jokowi adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dan Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli. Keduanya tampak saling bersiteru di media sosial mengenai pembangunan blok Masela, apakah di darat atau di laut.
Atas saling serang tersebut, Jokowi sampai memberikan ultimatum. Secara khusus, Jokowi menegaskan kepada jajaran menterinya untuk tak memberikan pendapat atas sesuatu yang belum diputuskan dan meminta untuk fokus bekerja.
“Saya tegaskan para menteri harus fokus kerja, kerja dan kerja nyata untuk masyarakat, ” kata Jokowi.
sumber:cnnindonesia.com