TOTABUAN.CO — Kalah lagi dalam pemilihan pimpinan MPR, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) kalah telak 5-1 dari Koalisi Merah Putih. Kekalahan dalam voting penentuan pimpinan MPR merupakan kekalahan beruntun yang telah dialami Koalisi Indonesia Hebat. Sebelumnya Koalisi Indonesia Hebat juga kalah dalam voting Undang-Undang MD3, pengesahan Tatib DPR, pemilihan pimpinan DPR, dan pengesahan UU PIlkada DPRD.
Koalisi Merah Putih yang mayoritas di parlemen dan menyapu bersih pimpinan DPR maupun MPR memunculkan fenomena yang sering diistilahkan dalam ilmu politik sebagai pemerintahan terbelah atau divided government. Dimana pemerintahan di eksekutif dan eksekutif tidak dikuasai oleh koalisi partai yang sama. Eskekutif dikuasai koalisi partai pemerintah yaitu Koalisi Indonesia Hebat. Sementara legislatif (parlemen) dikuasai koalisi partai oposisi yaitu Koalisi Merah Putih.
“Fenomena “pemerintahan terbelah” ini mencemaskan publik. Survei LSI terbaru menunjukkan bahwa mayoritas publik khawatir dengan kondisi pemerintahan yang terbelah. Sebanyak 77.25 % publik menyatakan mereka khawatir dengan kondisi pemerintahan yang terbelah. Dan hanya 17.46 % yang menyatakan tidak khawatir dengan fenomena ini,” demikian satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA dalam rilis yang diterima merdeka.com, Kamis (9/10).
Survei ini menurut Denny dilakukan melalui quick poll pada tanggal 6 7 Oktober 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia. Survei ini juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.
“Kekhawatiran publik terhadap “pemerintah terbelah” merata di semua segmen masyarakat. Rata-rata di semua segmen masyarakat, tingkat kekhawatiran terhadap kondisi pemerintahan ini berkisar di antara 73 % sampai dengan 87 %. Namun publik yang perpendidikan tinggi, tinggal di kota, tingkat ekonomi menengah atas dan laki-laki lebih khawatir dengan kondisi politik ini dibandingkan dengan mereka yang tinggal di desa, wong cilik, perempuan, dan berpendidikan rendah.”
Publik yang tinggal di kota, berpendidikan tinggi dan berekonomi menengah atas lebih banyak mengakses berita politik dari berbagai jenis media (termasuk media sosial) sehingga kekhawatiran mereka lebih tinggi. Sementara publik laki-laki lebih tinggi persentasenya yang khawatir dengan kondisi pemerintahan ini dibanding publik perempuan, karena umumnya lak-laki memiliki intensitas lebih tinggi mengikuti berita politik dan mendiskusikannya.
Begitupun dengan pemilih partai politik di Pemilu 2014. Tak hanya pemilih yang partainya masuk dalam Koalisi Indonesia Hebat yang khawatir, namun juga pendukung koalisi partai Koalisi Merah Putih pun khawatir dengan kondisi pemerintahan yang terbelah. Namun jika dibuat rata-rata, persentase pendukung pemilih koalisi Indonesi Hebat lebih tinggi tingkat kekhawatirannya dibanding dengan pendukung koalisi Merah Putih.
“Rata-rata antara 79 % sampai dengan 87 % pemilih partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat menyatakan khawatir dengan kondisi pemerintahan yang terbelah. Sementara antara 67 % sampai dengan 74 % pemilih partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih yang menyatakan khawatir,” papar Denny.
Dari hasil analisis media yang dilakukan LSI Denny JA, dunia usaha pun khawatir. Dari berbagai berita media menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pasca pemilihan pimpinan DPR. Pelaku investasi khawatir dengan kondisi politik nasional yang terbelah ke dalam dua kutub utama yang nantinya akan menyulitkan pemerintahan Jokowi-JK.
sumber : merdeka.com