TOTABUAN.CO-Politikus Partai Hanura Dadang Rusdiana meminta ketegasan Presiden Joko Widodo menangani para pembantunya yang sering membuat kegaduhan.
Hal itu disampaikannya menyikapi perbedaan pendapat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said terkait rencana pengembangan proyek regasifikasi gas alam cair (LNG) Blok Masela di Provinsi Maluku.
“Ketika presiden tegas memecat menteri yang doyan berkonflik, itu mengembalikan wibawa presiden,” ujar Dadang Rusdiana saat dihubungi, Rabu (2/3).
Menurutnya, sering terjadinya silang pendapat diantara para menteri membuat pemerintah menghabiskan energi mengurus perdebatan tersebut. Perdebatan tersebut juga menyebabkan tidak efektifnya kinerja pemerintahan.
Sekretaris Fraksi Partai Hanura ini mendukung Presiden Jokowi untuk mengganti menteri-menteri yang gagal dalam berkomunikasi. Menurutnya, perbedaan pendapat antar menteri dapat diselesaikan secara internal, yakni dalam rapat kabinet.
“Kami sepakat kalau gagal dalam komunikasi, itu diganti saja. Kewibawaan presiden tergerus karena seakan tidak bisa mengatasi konflik antar menteri,” katanya.
Sementara Politikus Partai NasDem Johnny G Plate meminta para menteri untuk berdebat langsung di depan Presiden Jokowi. Menurutnya, hal tersebut lebih baik dibandingkan berdebat di publik dan membuat kegaduhan baru.
“Jika ada perbedaan pendapat selesaikan di kementerian. Jika mau berdebat, debat dihadapan presiden saat sidang kabinet,” kata Johnny G Plate.
Anggota Komisi Keuangan DPR ini menyatakan kegaduhan di internal pemerintahan tak hanya menurunkan kepercayaan masyarakat, tapi juga investor terhadap kebijakan yang nantinya dikeluarkan pemerintah.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan akan memutuskan nasib pembangunan fasilitas pengolahan gas alam cair (LNG) di blok Masela, Maluku pada 2018.
Namun, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menyindir pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang mengatakan adanya upaya dari oknum tertentu untuk mengganti investor blok Masela. ?Itu disampaikannya melalui akun pribadi Twitternya.
Hal tersebut menyebabkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengultimatum para pembantunya di Kabinet Kerja untuk tidak lagi meributkan masa depan pengembangan blok Masela di ruang publik, khususnya di media sosial.
Menurutnya, sikap beda pendapat dan saling kritik sejumlah menteri belakangan ini tidak dapat ditoleransi dan akan menjadi bahan evaluasi kinerja personal.
Juru Bicara Presiden, Johan Budi mengatakan Presiden Jokowi menyampaikan keprihatinannya atas beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini, di mana beberapa menteri seolah saling menyerang di ruang publik.
sumber:cnnindonesia.com