TOTABUAN.CO — Dua koalisi Pilpres 2014, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) ternyata masih menghantui perjalanan partai politik di Indonesia pasca pilpres. Bahkan KMP yang waktu itu mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan KIH yang mendukung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres terus merasuki keberadaan fraksi di DPR.
Tidak hanya itu, KMP dan KIH juga memberi andil besar dalam fakta perpecahan internal partai politik seperi yang dialami Partai Persatuan Pembangun (PPP) dan Partai Golkar (PG).
Hal ini disampaikan oleh peneliti senior Forum Masyarakat Pemantau Parlemen (Formappi) Lucius Karus di Jakarta pada Sabtu (27/12).
“Keberadaan dua koalisi besar di parlemen saya anggap menjadi penyebab yang bermain dalam pelaksanaan kongres atau munas setiap partai seperti yang dialami PPP dan PG sehingga akhirnya pecah dalam dualisme kepemimpinan,” ujar Lucius.
Menurutnya, keberadaan dua koalisi di parlemen telah turut memecah-belah kesolidan kader partai dari dua koalisi tersebut, antara yang menginginkan bergabung dengan pemerintah dan sebaliknya. Ini efek lanjut, katanya dua koalisi ini yang menjadi penentu kebijakan parpol di parlemen maupun pemerintahan.
“Dua koalisi membuat partai kehilangan otonominya sehingga kebijakan partai sangat dipengaruhi oleh dua koalisi ini,” tandasnya.
Lucius mengakui, perpecahan yang terjadi juga diakibatkan semangat partai dan kader yang terlibat dalam persaingan, yang tidak lagi menjadikan ideologi sebagai basis menggerakkan partai, tetapi semangat pragmatisme yang merajai. Semangat pragmatisme itu, lanjutnya memperlancar jalan menuju perpecahan partai dalam pelaksanaan kongres.
“Masing-masing kubu sudah menentukan arah kekuasaan jika terpilih dengan pilihan pada dua koalisi, KMP dan KIH,” katanya.
Dia yakin perpecahan sulit terjadi jika perjuangan kader dilandasi oleh semangat ideologis. Perpecahan bisa terjadi jika ada ideologi baru yang lahir.
Lucius pun mengingatkan parpol di Indonesia untuk memastikan sikapnya keluar dari dua koalisi besar ini. Apalagi, tahun 2015 masih akan diisi oleh aneka peristiwa politik elitis di mana PDIP, PAN, dan Partai Demokrat akan menyelenggarakan kongres atau munas sebelum pertangahan 2015.
“Jika masih dalam bayang-bayang dua koalisi ini, maka besar kemungkinan kongres akan berujungpada perpecahan parpol,” tuturnya.
sumber : beritasatu.com