TOTABUAN.CO — Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar VIII Surabaya, Asrul Sani, meminta dua kubu yang berseteru baik itu Djan Faridz maupun Romahurmuziy sebaiknya bisa sama-sama menahan diri. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga keutuhan partai berlambang kakbah.
Apalagi, tindakan yang berujung pada perebutan kantor DPP, itu sedianya tidak perlu dilakukan, karena kantor tersebut merupakan milik semua kader PPP.
“Saya kira begini, ini enggak usah ada saling panas-panasan. Kalau soal kantor mestinya itu kan bisa dipakai bersama, dan itu yang rasional,” katanya kepadaOkezone, Rabu (3/12/2014).
Menurut Sani, jika ada yang mengatakan kubu Romy ingin menyerbu kantor DPP, itu tidak mungkin karena saat ini yang jelas memiliki legalitas dalam susunan pengurus DPP PPP, adalah Romy. Sementara, kubu Djan Faridz belum memilikinya.
“Dia tentu tidak punya legalitas apapun, tapi ingin kuasai properti PPP, kan lucu,” tuturnya.
Kantor DPP itu, ujar Sani, sudah ada sejak zaman orde baru dan merupakan tempat terbuka sehingga siapapun kader PPP bisa menggunakan kantor tersebut. Begitu juga dengan kader-kader dari daerah yang bertandang ke Jakarta, mereka memiliki hak jika ingin berkunjung ke kantor DPP walau hanya sekedar istirahat.
Sani mengakui, saat ini memang sengketa pengurusan PPP masih bergulir di PTUN, ia pun mengharapkan kedua kubu bisa saling menunggu putusannya hingga ada kekuatan hukum tetap.
Apapun hasil keputusannya nanti, baik itu melegalkan kubu Djan Faridz atau Romy, semua harus bisa menerimanya dan mesti mengakhiri polemik yang sudah berkepanjangan ini.
“Dua kubu harus menerima, karena kita enggak kepikiran buat PPP perjuangan. Kalau yang menang Djan atau Romy yang tidak menang, begitu juga sebaliknya, keduanya harus bisa menerima,” tuturnya.
sumber : okezone.com