TOTABUAN.CO-Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia menyebut lima tokoh penyelamat Partai Golkar yang berperan penting menyelesaikan konflik partai itu yakni Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, Priyo Budi Santoso, dan Muladi.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis, Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia itu menilai kelima tokoh itu paling berpengaruh dalam menyelesaikan konflik internal di partai itu, berdasarkan survei yang dilakukan pada 29 Februari – 1 Maret 2016 kepada 500 responden.
Juru Bicara Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia Hendri Satrio mengatakan para responden yang seluruhnya berusia 17 tahun ke atas dan atau sudah menikah, dimintai tanggapannya, melalui telepon dan menggunakan kuesioner terstruktur, mengenai nama-nama tokoh di Partai Golkar yang paling berpengaruh dalam menyelesaikan masalah dualisme kepemimpinan dalam kepengurusan di Partai Golkar.
“Menurut publik, Jusuf Kalla, Aburizal, Akbar Tandjung, Priyo Budi Santoso dan Muladi adalah tokoh yang berhasil membuat rekonsiliasi kepengurusan Golkar yang terpecah,” kata Hendri.
Mengenai tidak ada nama BJ Habibie, Hendri mengatakan pada saat survei memang tidak memasukkan nama Presiden ke-3 RI itu namun diyakini bahwa ada peran BJ Habibie dalam mewujudkan perdamaian di partai itu.
Peran para tokoh tersebut, katanya, mampu mendorong konsolidasi Partai Golkar yang terbelah setelah Munas Golkar di Bali sehingga Partai Golkar sudah mulai membicarakan untuk menyelenggarakan munas mendatang.
Terkait popularitas calon ketua umum Partai Golkar, kelompok kajian itu menyebutkan nama Setya Novanto menjadi calon terpopuler dengan 35,8 persen, Priyo Budi Santoso 26,8 persen, Ade Komaruddin 25 persen, Syahrul Yasin Limpo 20 persen, Idrus Marham 19,04 persen, Azis Syamsuddin 17,6 persen, Airlangga Hartarto 12,6 persen, Indra Bambang Utoyo 11,2 persen, Zaki Iskandar 9,4 persen, dan Mahyuddin 8,4 persen.
“Ini soal popularitas belum pada elektabilitas,” kata Hendri.
Dalam survei ini juga tergambarkan keinginan masyarakat yang menginginkan idealitas ketua umum Partai Golkar tidak terlibat dalam skandal korupsi (24,8 persen), tidak terlibat skandal hukum (20 persen), dan bersedia mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya (10,4 persen).
Selebihnya menginginkan untuk mengakomodasi anak muda di kepengurusan Golkar mendatang, tidak berkinerja buruk dalam jabatan publik, dan mempunyai visi tentang masa depan Golkar.
Sementara itu peneliti ICW (Indonesia Corruption Watch) Donald Faris mendukung penilaian para responden bahwa pemimpin partai tidak memiliki masalah hukum.
sumber:cnnindonesia.com