TOTABUAN.CO — Politeknik menjadi lembaga pendidikan khusus untuk menyiapkan tenaga terampil dan terlatih (vokasi). Tetapi sampai saat ini rata-rata politeknik hanya mampu mencetak alumni hingga tingkat D-IV (setara S1). Kendala yang dihadapi adalah kekurangan dosen terapan.
Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta Sarmada menuturkan, idealnya politeknik bisa mencetak lulusan hingga tingkat magister.
“Tetapi kendala yang kita hadapi, kekurangan dosen-dosen terapan yang minimal bergelar setingkat magister,” katanya usai proses wisuda ke-IV Polemidia di Jakarta kemarin.
Sarmada mengatakan Polimedia Jakarta sampai saat ini hanya membuka pendidikan untuk mencetak lulusan D-IV. Pada perkembangan terkini, Politeknik Negeri di Bandung dan di Surabaya yang sudah mampu mencetak lulusan S2 terapan.
Dia menjelaskan untuk bisa membuka program S2 terapan, sebuah politeknik minimal harus memiliki enam dosen bergelar S2 terapan. Sarmada mengatakan kebutuhan dosen terapan untuk membuka S2 itu aslinya tidak banyak.
“Tetapi untuk mencarinya sulit sekali. Sebab pabrik yang mencetak dosen bergelar S2 terapan sedikit sekali,” jelasnya.
Khusus di bidang media kreatif, Sarmada mengatakan kebutuhan tenaga terampil sangat tinggi sekali. Dia menceritakan 70 persen hingga 80 persen lulusannya terserap di dunia kerja.
Sisanya melanjutkan pendidikan, membuka usaha sendiri (wirausaha), dan sebagian lagi masih mencari kerja.
“Contohnya untuk grafis, perusahaan penerbit seperti koran sampai datang ke kampus kita untuk mencari calon lulusan potensial,” ungkapnya.
Tren terakhir peminat bidang desain grafis, animasi, dan broadcast menunjukkan peningkatan. Khusus di Polimedia Jakarta, perbandingan antara yang mendaftar dan yang diterima untuk jurusan ini sekitar 1:3.
Sementara jurusan teknik informasi sedikit mengalami stagnasi. Dalam setahun rata-rata Polimedia Jakarta menerima 700 mahasiswa baru. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Sarmada berharap akses masyarakat terhadap perguruan tinggi terus digenjot.
“Khususnya pendidikan tinggi vokasi (politeknik),” katanya. Sebab alumni perguruan tinggi vokasi lebih siap kerja karena kurikulumnya berbasis bidang keahlian teknis.
sumber : jpnn.com