• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Senin, Juli 7, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Pendidikan & Sejarah

Partisipasi Sekolah Siswa Cacat Masih Rendah

Redaksi by Redaksi
23 September 2014
in Pendidikan & Sejarah
0
Partisipasi Sekolah Siswa Cacat Masih Rendah
0
SHARES
31
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TOTABUAN.CO  –  Akses pendidikan bagi anak-anak penyandang cacat (difabel) masih rendah. Catatan angka partisipasi murni (APM) antara siswa normal dengan siswa difabel masih timpang. Ketersediaan infrastruktur, sumber daya guru, hingga budaya orangtua menjadi penyebabnya.

Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Pendidikan Dasar Kemendikbud Mudjito menuturkan, anak-anak usia 0-15 tahun di Indonesia berjumlah 61,2 juta orang. Dari jumlah itu, anak-anak penyandang cacat berjumlah 354.707 orang.

“Artinya ada 7 anak dari 1.000 anak yang difabel,” katanya usai disekusi program PKLK Kemendikbud di Bandung kemarin.

Mudjito menuturkan, komposisi anak penyandang cacat itu terakhir direkam pada 2009 lalu yakni melalui program survei sosial ekonomi nasional (Susenas).

“Sampai tahun ini, belum ada lagi survey serupa. Jadi patokan kita data 2009 itu,” tandasnya.

Dari seluruh anak penyandang cacat tadi, menurut Mudjito tidak semuanya dapat mengakses pendidikan. Untuk kelompok usia 7-12 tahun, APM-nya hanya 46,32 persen anak penyandang cacat yang mengakses pendidikan. Kemudian di kelompok 13-15 tahun, hanya 29,75 persen. Lalu di kelompok usia 16-18 tahun, hanya 16,91 persen.

Mudjito menjelaskan, banyak sekali penyebab masih minimnya akses pendidikan bagi anak-anak cacat atau difabel. Pertama adalah urusan akses sarana pendidikan. Menurut dia sekolah yang menyediakan layanan pendidikan untuk penyandang cacat jumlahnya masih terbatas. Sehingga tidak semua anak penyandang cacat usia sekolah bisa menuntut ilmu.

“Umumnya sekolah anak-anak penyandang disabilitas ini dilayani di SLB (sekolah luar biasa, red). Tetapi kita tahu sendiri jumlah SLB belum menyebar,” tandasnya.

Untuk itu dia menuturkan Kemendikbud akan terus mendorong pemda-pemda yang telah berkomitmen terhadap layanan pendidikan khusus, untuk mendirikan SLB-SLB baru.

Saat ini jumlah SLB di seluruh Indonesia ada 1.174 unit. Sedangkan sekolah inklusi berjumlah 2.430 unit. Saat ini masih ada 112 pemerintah kabupaten yang belum memiliki unit SLB satupun.

Faktor berikutnya adalah budaya orangtua. Meskipun banyak orangtua anak-anak difabel yang terpelajar, tetapi ada yang tidak mau menyekolahkan anaknya.

“Masih ada budaya malu,” jelas Mudjito.

Sehingga peningkatan akses layanan pendidikan khusus ini juga merambah pada orangtua. Dia menuturkan para orangtua anak-anak penyandang cacat, harus memiliki kesadaran bahwa anak mereka tetap berhak menuntut ilmu.

Kendala terakhir yang dihadapi pendidikan layanan khusus ini adalah ketersediaan tenaga pendidikan. Untungnya saat ini sejumlah pemda sudah berinisiatif menyekolahkan guru-guru reguler untuk kuliah bidang pendidikan layanan khusus. Setelah kuliah singkat selama dua semester, para guru itu sudah memiliki kompetensi untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Sumber: jpnn.com

Tags: texs
Previous Post

Hindari Pencaloan Pada Rekrutmen CPNS

Next Post

Mendagri: 319 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tersangkut Kasus Korupsi

Next Post
Mendagri: Pemerintah Tak Bisa Hentikan Pembahasan RUU Pilkada   

Mendagri: 319 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tersangkut Kasus Korupsi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

Kejari Kotamobagu Elwin Agustian Khahar Dipromosikan Jadi Aswas Kejati Papua
Kotamobagu

Kejari Kotamobagu Elwin Agustian Khahar Dipromosikan Jadi Aswas Kejati Papua

by Redaksi
5 Juli 2025
0

TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU -- Kepala Kejaksaan Negeri Kotamobagu, Elwin Agustian Khahar SH MH, resmi berpindah tugas. Elwin akan mengemban tanggung jawab...

Read moreDetails
Pemkot Kotamobagu Gelontorkan 4.1 M Bangun Command Center dan Kantin Polres

Pemkot Kotamobagu Gelontorkan 4.1 M Bangun Command Center dan Kantin Polres

4 Juli 2025
Kabupaten Bolmong dan Minahasa KAD Jaga Stok Beras

Kabupaten Bolmong dan Minahasa KAD Jaga Stok Beras

4 Juli 2025
Kasus Dugaan Korupsi di KPU Bolmong Samar, Kasat Reskrim : Sedang Kita Seriusi

Kasus Dugaan Korupsi di KPU Bolmong Samar, Kasat Reskrim : Sedang Kita Seriusi

3 Juli 2025
Koperasi Merah Putih: Tinggal Dua Desa di Bolmong Tunggu Badan Hukum

Koperasi Merah Putih: Tinggal Dua Desa di Bolmong Tunggu Badan Hukum

3 Juli 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.