TOTABUAN.CO — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sudah memutuskan jika mulai tahun ini, hasil ujian nasional bukan lagi menjadi alat utama penentu kelulusan siswa. Anies mengatakan UN kini menjadi alat penentu kejujuran. Kemendikbud, melakukan monitoring persiapan UN meliputi pengadaan bahan UN, komponen pencetakan, dan distribusi soal.
“Kami ingin proses yang transparan. Kita ingin publik mengetahui siapa yang bertanggung jawab, mencetak berapa, dikirim ke mana, selesai kapan, dan statusnya bagaimana,” papar Mendikbud, Anies Baswedan di kantor Kemendikbud dalam konferensi pers bersama Kepala Balitbang Pendidikan Kemendikbud Nizam, Jumat (20/3).
Anies memaparkan sampai tadi malam naskah UN SMA siap kirim sebesar 89 persen, sementara 11 persen lainnya sudah dicetak namun belum siap kirim. Naskah siap kirim di tingkat SMK berjumlah 78 persen. Sedangkan naskah untuk SMP belum siap, karena pelaksanaan UN SMP masih lama.
“Proses ini kita umumkan di website yang menggambarkan data pergerakan jumlah bahan UN yang siap kirim. Websitenya laporan.monitoringpercetakan.com atau di kemendikbud.go.id di perkembangan percetakan. Saya beri apresiasi kepada orang yang membuat ini mudah dipantau dan diketahui publik,” kata Anies.
Kepala Balitbang Pendidikan Kemendikbud, Nizam menjelaskan pihaknya juga telah menyiapkan naskah UN dalam bentuk braille untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
“Selain pencetakan bahan kertas, kami juga menyiapkan braile untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sudah 100 persen untuk anak SMA dan SMK. CD juga kami siapkan untuk listening bahasa Inggris, sudah 100 persen, pengirimannya bersamaan dengan cetak kertas, namun untuk yang jauh sudah dikirim sejak Selasa,” ujarnya.
Tetap dijaga ketat
Nizam menambahkan, Kemendikbud menyiapkan 6 sampai 9 buah CCTV di setiap percetakan naskah UN. “Tujuannya ini supaya setiap hari bisa lihat progresnya. Jika mandek bisa langsung ditelepon dan selalu ada tim standby di percetakan,” lanjutnya.
Tim pengawas pun selalu standby untuk memantau CCTV dari satu ruangan khusus di lantai 2 Kemendikbud.
Tingkat pengamanan soal juga tetap ketat meski kini UN tidak lagi jadi acuan kelulusan. Pengamanan tersebut akan dilakukan mulai dari pengiriman hingga tempat yang aman untuk menyimpan naskah UN tersebut.
“Pengiriman tetap dipantau. Distribusi secara umum baru akan tiba 10 April, jika belum sesuai jadwal maka belum akan dikirim. Pengamanan Provinsi tetap sesuai SOP, tidak berkurang sedikit pun,” tegas Nizam.
Pengiriman soal juga tidak lagi melibatkan polisi sampai ke sekolah. Aparat kepolisian hanya mengawal pengiriman soal sampai ke tempat penyimpanan. “Tujuannya untuk mengurangi rasa takut pada siswa,” pungkasnya.
sumber : merdeka.com