TOTABUAN.CO — Jakarta, Peredaran buku panduan guru untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menuai banyak kritikan.
Pasalnya, dalam buku yang diperuntukkan bagi guru kelas VII Madrasa Tsanawiyah (MTS) itu terdapat kalimat yang mendeskripsikan bahwa berhala jaman sekarang adalah kuburan para wali.
Kalimat tersebut kontan dianggap melecehkan. Melihat hal ini, Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI Marwan Jafar mengimbau agar Kementerian Agama (Kemenag) segera turun tangan.
Anggota komisi V DPR RI itu pun meminta pihak Kemenag untuk menarik buku SKI dari peredaran. “Kemenag harus menarik semua buku pelajaran SKI tersebut dari peredaran karena telah menimbulkan keresahan di masyarakat,” ungkapnya di Jakarta, kemarin.
Tak hanya melakukan penarikan, Kemenag juga diminta untuk mengklarifikasi dan mengoreksi buku tersebut agar tidak menimbulkan fitnah dan saling curiga di antara masyarakat.
Menurutnya, tindakan tersebut tidak akan terjadi jika pihak Kemenag melakukan penelitian secara cermat sebelum menerbitkan dan mengedarkan buku ke sekolah. Ketidakcermatan itu sendiri sebelumnya pernah terjadi, yakni pada soal ujian yang melecehkan mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid kala itu.
“Dan sumbernya juga dari sebuah buku sejarah. Kemenag seharusnya cermat sebelum menerbitkan. Agar permasalahan serupa tidak terulang lagi,” pungkasnya.
Meski cukup berang, Marwan tetap mengajak masyarakat untuk tetap tenang. Ia meminta masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dalam memprotes keberadaan buku tersebut.
Pihak Kemenag sendiri kemarin telah melakukan klarifikasi. Direktur Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, Nur Kholis Setiawan mengakui adanya kesalahann penulisan yang terjadi dalam buku pedoman guru MTS itu.
Ia mengatakan, penulisan kalimat yang tertera di halaman 14 buku SIK tersebut murni ketidaksengajaan. Kesalahan itu menurutnya, disebabkan ketidakhati-hatian dan kekurangcermatan pada proses proof reading pada halaman tersebut.
Atas kejadian ini, ia mengaku paling bertanggung jawab dan siap diberi sanksi jika memang diperllukan. Nur Kholis juga meminta maaf pada pihak-pihak yang tidak berkenan atau merasa tersakitti atas kekeliruan redaksional tersebut.
“Kami sekaligus memohon maaf sebesar-besarnya, jika telah menyinggung siapapun. Kami tidak pernah sedikitpun terbersit untuk menyakiti ormas tertentu atau umat islam atau pemeluk agama lain,” jelasnya.
Nur Kholis menuturkan, saat ini buku-buku tersebut telah ditarik dari peredaran oleh Kantor Wilayah Kemenag setempat. Dikatakannya, bahwa buku yang seharusnya tercetak sebanyak 15.200 eksemplar itu masih belum keseluruhan diterbitkan. Hal ini kemudian cukup membantu dalam proses perbaikan.
“Buku telah ditarik. Kami akan mengganti buku-buku tersebut setelah dilakukan perbaikan. Distribusi paling labat dalam waktu 20 hari,” ungkapnya.
Kesalahan ini diketahui setelah Kepala Sekolah MTs Irsyaduth Thulab, Demak, Faiq Aminuddin mengadu ke Nahdlatul Ulama (NU) terkait kata-kata yang tidak sesuai di halaman 14 tersebut.
Dalam suratnya, Faiq menuturkan bahwa pemberian contoh yang menyebut berhala sekarang adalah kuburan para wali sangat tidak sesuai dengan ajaran yang dianut oleh warga NU. Karenanya, ia meminta buku tersebut untuk dikaji ulang dan direvisi.
Sumber: jpnn.com