TOTABUAN.CO – Semesta lain itu ada dan kita berinteraksi dengannya.
Itulah teori radikal baru yang diajukan oleh Howard Wiseman dan Michael Hall dari Pusat Dinamika Kuantum Universitas Griffith, Australia, serta Dirk-Andre Deckert dari Universitas California.
Ketiganya memublikasikan gagasannya di jurnal Physical Review X.
Gagasan bahwa alam semesta tidak hanya satu telah muncul sejak tahun 1957. Sebelumnya, ada pemahaman “Many-Worlds Interpretation”. Dalam pandangan itu, setiap semesta “bercabang” menjadi sejumlah semesta setiap pengukuran secara kuantum dilakukan.
Konsekuensinya, segala perbedaan bisa muncul. Di semesta kita, asteroid menumbuk Bumi dan memusnahkan dinosaurus. Di semesta lain, bisa jadi Bumi luput dari hantaman asteroid.
Gagasan Many-Worlds Interpretation tak salah, tetapi banyak dikritik. Bagaimana membuktikan semesta lain itu ada jika semesta lain itu tidak memengaruhi semesta kita sama sekali?
Di situlah, teori Wiseman, Hall, dan Deckert menjawab. Ketiganya mengajukan pandangan yang disebut “Many Interacting World”.
Dalam pandangan itu, semesta kita hanya satu dari banyak semesta lain. Semesta kita dan lainnya eksis dilahirkan bersamaan, bukan satu merupakan hasil “percabangan” dari yang lain. Semesta kita mungkin identik dengan beberapa semesta lain, tetapi juga bisa jauh berbeda. Semua semesta ada secara berkelanjutan dalam ruang dan waktu.
Pandangan baru ini juga mengungkapkan bahwa semesta kita dipengaruhi oleh semesta lain oleh gaya tolak yang misterius. Gaya tolak ini membuat satu semesta cenderung berbeda dengan yang lain.
“Kecantikan pendekatan kami adalah, bila hanya ada satu dunia, maka teori kami mereduksi mekanika Newton. Sementara bila ada banyak semesta, teori kami mereproduksi mekanika kuantum,” kata Hall seperti dikutip EurekAlert, Rabu (29/10/2014).
sumber: kompas.com