• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Sabtu, Juni 7, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Opini

GELEMBUNG KEBIJAKAN  WALIKOTA

Redaksi by Redaksi
6 September 2015
in Opini
0
KORUPSI ITU “HALAL”
1
SHARES
77
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

 

Oleh: Sofyanto

(Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan, Hukum dan Ekonomi Terapan)

sofyanSelasa, 4 Agustus Walikota Kotamobagu mengadakan pertemuan  dengan  para petinggi PT. Telkomsel area Manado. Menu santapan dalam pertemuan hari itu,  bertajuk utama   keinginan Walikota menjadikan Kotamobagu smart city (kota cerdas). Kaget, heran bercampur  takjub lompatan keinginan walikota itu  diparuh waktu perjalanan pemerintahannya.   Duga-duga pun  merebak, lantaran visi kota model jasa  dianggap tulah (baca: kualat) sehingga walikota berbalik arah   dengan visi baru. Satu hal yang pasti,  keinginan  Walikota membangun Kota Kotamobagu berbasis teknologi tinggi tampaknya cukup serius dan pun tidak bisa  dianggap sekedar wacana belaka.

Perusahaan computer IBM Amerika, Ikhwal pertama kali memperkenalkan konsep smart city ini.  Tak kurang pemerintah Kota Copenhagen Denmark, Seoul Korea Selatan dan Barcelona pun telah menggunakan konsep ini.    Di Indonesia sendiri, 10 kota besar telah berani menerapkan konsep smart city ini yang bisa dikatakan menjadi isu segar tahun 2015,  sebut saja  Bogor, Bandung, Surabaya, Jakarta, Makassar dan sebagainya.

Intinya, konsep smart city ini adalah mengintegrasikan komponen masyarakat, lingkungan, ekonomi, kesehatan, transportasi, budaya, pemerintahan ke dalam jaringan  berbasis digital. Harapan besarnya,  Kota Kotamobagu menjadi layak huni, kualitas hidup masyarakatnya lebih baik, reaksi pelayanan publik pemerintah lebih cepat dan modern, partisipasi publik pun dapat diandalkan, sumber data dan informasi lebih akurat tersaji. Enak didengar, seolah-olah pernyataan di atas  identik dengan kenyataan nantinya.

 

NALAR KRITIS PUBLIK

Pada titik ini, setidaknya ada dua pertanyaan pokok yang perlu dijawab segera Pemerintah Kota Kotamobagu. Pertanyaan pertama,    adakah masalah publik yang cukup serius selama ini, kriterianya sederhana saja selalu berulang terjadi dan begitu ruwet untuk diatasi,   sehingga harus dipantau terus menerus (semisal, sampah, banjir, kejahatan, kemacetan, pelayanan publik tersumbat) ?. Dengan luas wilayah Kotamobagu yang tak lebih seukuran daun kelor, pun kentut di bilangan  gerbang masuk Kotamobagu masih terdengar nyaring bunyinya di puncak bukit ilongkow  maka menurut  hemat saya urusan pantau memantau sebetulnya masih bisa dilakukan secara konvensional.

Berdasarkan fakta dan urut-urutan peristiwa, sejatinya, identifikasi awal masalah-masalah publik     harus  digelar lebih dulu dengan warga Kotamobagu sebelum walikota memutuskan menggunakan konsep smart city ini, belakangan berkesan kebijakan itu dilakukan terburu-buru pas benar. Alasannya sederhana, menu-menu aplikasi  smart city   harus sesuai dengan masalah masyarakat. Walhasil  nantinya juga ini akan mempermudah  aparatur sipil negara bekerja   dalam mengelompokan data dan informasi yang masuk.sehingga dapat ditanggapi secara  cepat  dan tepat.

Celakanya sampai saat ini, pemetaan masalah publik itu tidak pernah digelar Pemerintah Kota Kotamobagu, akibatnya pandangan publik begitu samar cenderung gelap dan sekedar meraba-raba hulu – hilir  konsep smart city ini.    Sesumbar kota Kotamobagu  smart city memperlihatkan konstruksi logika centang perenang yang dibalut.rupa-rupa kepentingan. Bisa jadi yang dibutuhkan masyarakat kotamobagu hanya aplikasi smart goverment karena tersumbatnya beragam jenis pelayanan pemerintah sedangkan aplikasi lainnya belum menjadi kebutuhan penting dan perlu diabaikan saja.

Dengan perspektif ini maka energi tidak akan terkuras habis di paruh waktu perjalanan pemerintahan TB-JaDi, berkutat dan berputar-putar dengan grand design besar smart city yang jelas-jelas butuh waktu yang panjang.    Cara demikian menggambarkan secara utuh titik fokus pemerintah, peran masyarakat, jenis dan macam aplikasi teknologi yang digunakan serta besaran biaya yang terpakai nantinya.

Sampai disini kita  bisa simpulkan konsep smart city ruang lingkupnya begitu luas dan dalam sehingga   terus terang tidak akan selesai dalam satu periode pemerintahan TB-JaDi. Setidaknya butuh 20 – 30 tahun lagi konsep smart city akan berjalan bagus, di saat posisi pemerintah daerah, swasta dan masyarakat berada pada neraca keseimbangan dan sejajar satu dan lainnya.

Belajar dari pengalaman konsep green city yang selama ini digembar-gemborkan dengan aneka belitan masalah yang luar biasa mendera, maka dikhawatirkan nasib  konsep smart city tidak akan berbeda jauh dan akan bernasib yang serupa. Takarannya sederhana dan sudah pasti, kondisi kelistrikan  Kotamobagu yang relatif pasang surut 1 tahun belakangan ini akan menjadi biang keladi  kegagalan perangkat  elektronik smart city bekerja. Di situasi nadir ini bandul petaka  pun mulai berdentang,  beragam dalih dan kilahan akan diumbar ke ruang publik, saling menyalahkan satu dan lainnya bahkan mungkin cacian, umpatan dan sumpah serapah muncrat kemana-mana untuk sekedar membela diri dari kegagalan konsep smart city.

Terlepas sumpah serapah itu, pertanyaan kedua,  bagaimana relevansi   smart city dengan visi kota model jasa yang diusung pada pilwako lalu ? Mengingat sejauh ini  visi tersebut belum terbukti,    wajar masyarakat Kotamobagu perlu waspada dan  mempertanyakan alasan  rasional walikota mengusung konsep smart city. Nalar publik yang meruyak itu didasari kalkulasi bergunung-gunung uang akan digelontorkan lewat rekening rakyat APBD, sehingga  rasanya cukup pantas dan sah  diperdebatkan secara sengit.

Sebagai gambaran, pengadaan server, pengadaan puluhan aplikasi smart city (smart people, smart health, smart economi, smart goverment dsb), ratusan perangkat komputer, CCTV, sewa satelit, tenaga konsultan tidak bisa dinafikan  adalah bagian yang tak terpisahkan dari   konsep smart city.  APBD Kota Kotambagu jelas akan terdampak secara massif dari belanja modal itu,  yang diperkirakan akan cukup mengganggu liquiditas keuangan daerah. Di ujung lain, kabar mengembirakan, dalam kerangka mencapai visi kota model jasa maka terdapat  pilihan aplikasi smart economi yang dapat dikembangkan.

Sayangnya aplikasi ini tidak lebih hanyalah sekumpulan script perintah mirip   tauge yang ditatakan dalam template aplikasi. Fungsi utamanya condong ke pola database, yakni menyimpan dan menyajikan data serta informasi. Artinya, aplikasi smart ekonomi hanya bersifat menu pelengkap (tidak lebih angkanya 10 persen) dalam mengejar  visi kota model jasa.   10 persen itu, menyangkut data dan  informasi seputar kredit bank berbunga rendah, prosedur dan biaya perizinan. 90 persen sisanya akan ditentukan lewat aksi-aksi pemerintah yang kongkrit dan terukur agar nantinya   visi kota model jasa tidak menjadi seonggok sampah  yang haram untuk dibicarakan sekalipun itu didepan wc umum yang ada di kompleks ruko srikandi.

Terlepas akan  itu,  maka sebaik apapun kebijakan pemerintah  Kota Kotamobagu diambil jika tidak dilakukan menurut jenjang yang seharusnya, hasilnya bukan smart city namun stupid city. Inilah gelembung  yang  seolah olah menampakkan   realitas nyata  namun akan cepat memudar, pecah dalam tempo sesaat ketika diperhadapkan dengan ancaman masalah. Butuh kecermatan memilih dan memilah  kebijakan  sehingga dapat dimanfaatkan secara luas dan bukan sekedar periuh atau taktik mencari simpati semata yang berlindung di balik mantera smart city. (**)

Tags: texs
Previous Post

Sungai Tercemar Warga Doloduo Resah

Next Post

Serapan Anggaran Pemkot Capai 40 Persen

Next Post
Sekot Kotamobagu Bantah Jika ada Sejumlah Pejabat yang Mundur

Serapan Anggaran Pemkot Capai 40 Persen

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

𝖳𝖾𝗋𝖻𝗈𝗇𝗀𝗄𝖺𝗋, 𝖯𝗎𝗅𝗎𝗁𝖺𝗇 𝖳𝗈𝗇 𝖲𝗈𝗅𝖺𝗋 𝖬𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖯𝖳 𝖲𝖬𝖠 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖣𝗂𝖼𝗎𝗋𝗂
Bolmong

𝖳𝖾𝗋𝖻𝗈𝗇𝗀𝗄𝖺𝗋, 𝖯𝗎𝗅𝗎𝗁𝖺𝗇 𝖳𝗈𝗇 𝖲𝗈𝗅𝖺𝗋 𝖬𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖯𝖳 𝖲𝖬𝖠 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖣𝗂𝖼𝗎𝗋𝗂

by Redaksi
5 Juni 2025
0

𝖳𝖮𝖳𝖠𝖡𝖴𝖠𝖭.𝖢𝖮 𝖡𝖮𝖫𝖬𝖮𝖭𝖦 -- PT Samudera Mulia Abadi (𝖲𝖬𝖠) 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗁𝗂𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗆𝖾𝗅𝖺𝗉𝗈𝗋𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗌𝗎𝗌 𝖽𝗎𝗀𝖺𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗇𝖼𝗎𝗋𝗂𝖺𝗇 𝗌𝗈𝗅𝖺𝗋 𝗄𝖾 𝖯𝗈𝗅𝖽𝖺 𝖲𝗎𝗅𝗎𝗍. 𝖠𝖽𝖺...

Read moreDetails
Jalur Trans Sulawesi di Desa Solog Rusak Parah

Jalur Trans Sulawesi di Desa Solog Rusak Parah

4 Juni 2025
Inilah Tiga Dewas PDAM Bolmong Yang Raih Nilai Tertinggi

Inilah Tiga Dewas PDAM Bolmong Yang Raih Nilai Tertinggi

4 Juni 2025
Pemkab Bolmong Pantau Ketersediaan Stok Bahan Pokok

Pemkab Bolmong Pantau Ketersediaan Stok Bahan Pokok

4 Juni 2025
Yusra: Saya Tidak Paksa ASN Harus Tinggal di Lolak

Yusra: Saya Tidak Paksa ASN Harus Tinggal di Lolak

3 Juni 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.