TOTABUAN.CO — Sekitar seribu anak yatim mengikuti berbagai rangkaian acara, mulai kirab, membaca buku, dan bermain bersama, lomba, khitanan massal, doa bersama, menikmati kuliner lokal, hingga belajar menggunakan internet dengan sehat, dalam Festival Anak Yatim (FAY) yang berlangsung di Banyuwangi, Jawa Timur.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, FAY merupakan upaya pemerintah daerah untuk membangun dan menebarkan nilai-nilai kemanusiaan. FAY meningkatkan solidaritas sosial masyarakat untuk bersama-sama membantu anak yatim. “Spirit kemanusiaan dan solidaritas sosial ini jadi modal untuk bareng-bareng membangun daerah,” ujar Anas.
FAY sendiri masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2014 yang berisi beragam acara wisata, budaya, dan pariwisata berbasis olahraga.
“Jadi Banyuwangi Festival mencakup banyak nilai. Ada nilai cinta seni-budaya lewat atraksi wisata budaya seperti acara Festival Gandrung Sewu dan Banyuwangi Beach Jazz. Ada sportivitas lewat ajang sport tourism seperti Tour de Banyuwangi Ijen. Ada pula nilai kemanusiaan lewat Festival Anak Yatim,” jelas Anas.
Salah seorang peserta, Ahmad Gufron (8 tahun), mengaku senang dengan acara tersebut. Dia banyak mencoba wahana permainan dan melahap buku cerita rakyat yang disediakan di mobil perpustakaan keliling di lokasi acara. Wahana permainan yang disediakan antara lain istana balon, trambolin, hingga perahu air. Para anak yatim juga bisa langsung mengabadikan momen ini dengan fasilitas photo box gratis.
“Saya senang sekali main sepeda dan makan es krim,” kata Gufron.
“Senang sekali. Apalagi, dapat bingkisan. Beasiswa untuk yang berprestasi membuat saya ingin belajar lebih giat lagi biar dapat beasiswa tahun depan,” imbuh Amrullah, peserta lainnya.
Dalam FAY, semua anak yatim dari yayasan dan sejumlah panti asuhan dari seluruh Banyuwangi diajak belajar dan bermain bersama. Mobil perpustakaan keliling ditempatkan di pendopo. Anak-anak belia itu juga diajak belajar menggunakan internet secara bijak dan sehat.
Saat kirab keliling kota, ribuan anak yatim membawa kertas berisikan kalimat-kalimat penuh optimistis, seperti “Kukejar Terus Cita-Citaku”, “Aku Bangga Jadi Anak Banyuwangi”, dan “Masa Depan Cerah Pelecut Semangatku”.
Bahkan, anak-anak yatim juga berwisata keliling pendopo Banyuwangi yang dikenal mempunyai konsep arsitektur hijau dan telah mendapat perhatian luas dari publik nasional.
Di sana, mereka belajar sejarah Banyuwangi melalui lukisan dan seni arsitektur masyarakat Using (masyarakat asli Banyuwangi) lewat rumah khas lokal yang ada di pendopo. Secara berkala, para pelajar memang diperbolehkan mengelilingi pendopo yang merupakan tempat tinggal bupati.
“Pokoknya bebas berkunjung dan terjadwal. Asal jangan masuk ke kamar pribadi saya,” seloroh Anas.
Selain keliling pendopo, ada beragam lomba membaca Al-Quran, adzan, baca pusi, pidato, story telling, hingga lomba pengelolaan panti asuhan.
Momen penting lainnya adalah beasiswa bagi anak yatim berprestasi. Pemkab Banyuwangi mempunyai program beasiswa ”Banyuwangi Cerdas” yang telah dijalankan sejak 2011. Beasiswa ini ditujukan untuk mahasiswa berprestasi dari kalangan keluarga kurang mampu, termasuk para anak yatim.
Sejak dimulai 2011 sampai saat ini, total sudah 455 mahasiswa yang mendapat beasiswa. Pada 2011, dana beasiswa yang dikucurkan sebesar Rp788 juta. Tahun ini sebesar Rp 2,85 miliar atau terjadi peningkatan 261 persen.
Selain untuk mahasiswa, untuk tingkat SD/sederajat sampai SMA/sederajat, selain dana bantuan pendidikan, masyarakat Banyuwangi juga menggalang gerakan ”Siswa Asuh Sebaya”(SAS) di mana siswa dari keluarga mampu ikut mendonasikan dana untuk siswa kurang mampu guna uang saku di sekolah atau kebutuhan personal lainnya, mengingat biaya sekolah sudah gratis.
“Ada yang menyumbang Rp 1.000, Rp 2.000, sukarela untuk membangun kepedulian di antara generasi muda,” ujar Anas.
Pada 2011, total dana SAS yang terkumpul sejumlah Rp293 juta, kemudian naik menjadi Rp1,05 miliar pada 2012 dan pada 2013 tercatat sekitar Rp1,6 miliar. Jumlah siswa penerima manfaat gerakan SAS mencapai lebih dari 6.000 orang siswa dari 309 sekolah di seluruh wilayah Banyuwangi.
sumber : beritasatu.com