TOTABUAN.CO — Pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh dari kata merata. Buktinya, beberapa daerah di perbatasan nusantara masih sulit memperoleh produk-produk asal Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pulau Sebatik, sebuah pulau nan jauh di utara Kalimantan ini tak banyak menjual barang-barang asal Indonesia. Jika ada, harga barang-barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari itu melambung tinggi.
Mau tak mau, warga yang tinggal di tapal batas ini bergantung dengan barang kebutuhan pokok dari negara tetangga, Malaysia. Dengan surat izin lintas batas, warga Pulau Sebatik sudah bisa menginjakkan kaki di Malaysia dan berbelanja.
Meski terdengar gampang, pengamanan di perbatasan cukup ketat. Petugas penjaga perbatasan sadar, tindakan yang diambil akan mempengaruhi ekonomi masyarakat di Pulau Sebatik. “Kalau di sini (perbatasannya) ditutup, orang Sebatik enggak makan. Beras saja dari Malaysia, kalau dari Indonesia mahal,” tutur salah seorang personel TNI yang menjaga Pos Pamtas Aji Kuning, Praka Irwan, saat ditemui Metrotvnews.com, Sabtu (2/4/2015).
Harga kebutuhan pokok dari Indonesia di Sebatik, kata Irwan, jauh lebih mahal dari harga di pasaran. Selisih harga bisa dua kali lipat dari harga normal. “Harga bensin di Malaysia murah, tapi kalau (dari) Indonesia di sini Rp 20 ribu per liter,” sambung dia.
Malaysia sudah masuk ke bagian terkecil di pulau yang memiliki lima kecamatan itu. Produk Malaysia gampang ditemukan di Pulau Sebatik, bahkan di warung-warung kecil yang menjajakan makanan ringan. Tak hanya itu, mata uang Ringgit Malaysia pun digunakan dalam aktivitas jual beli layaknya mata uang Rupiah.
sumber : metrotvnews.com