TOTABUAN.CO MANADO – Pemerintah Jepang saat ini membutuhkan ratusan ribu tenaga kerja muda dari luar negeri. Lowongan bekerja di Jepang saat ini sangat dibutuhkan lantaran Negeri Sakura itu sedang mengalami shortage tenaga kerja alias kekurangan tenaga kerja.
Upaya untuk merespon permintaan tersebut, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Manado genjar melakukan sosialisasi. Sebab pengiriman tenaga kerja dari Sulut Care Walker berjumlah seribu orang.
Diberbagai acara sosialisasi, Kepala BP2MI Manado Hendra Makalalag, menyampaikan tentang rencana penempatan dan perlindungan pekerja migran, termasuk untuk penempatan ke Jepang.
Menurut Hendra, pada tahun ini seribu orang ditargetkan bisa bekerja di Jepang.
“Kita targetkan seribu warga Sulut, tahun ini bisa bekerja ke Jepang. Saatnya untuk segera mendaftarkan diri,” ujar Hendra kepada wartawan di Warung Kopi Jarod Matali Kotamobagu Sabtu13 Februari 2021.
Pengiriman itu, harus melalui pelatihan kursus bahasa Jepang dan saat ini sudah disiapkan.
Saat ini BP2MI kata Hendra, BP2Mi terus masuk kesemua kalangan untuk terus melakukan sosialisasi. Mulai kalangan anak mudah, organisasi, bahkan masuk hingga pengurus gereja, bahkan siap memfasilitasi.
Diberbagai tempat sosialisasi, pemerintah dalam hal ini BP2MI, tidak dapat berjalan sendiri dalam hal kepentingan keselamatan pelindungan bagi PMI. Sebab selama ini permasalahan pekerja migran Indonesia dengan negara penempatan Jepang masih rendah dibanding negara-negara lain.
Dari target seribu orang yang akan diberangkatkan sebagai Pekerja Migran Indonesia ke Jepang, BP2MI Manado memberikan porsi besar untuk Bolaang Mongondow Raya (BMR) yakni 500 orang. Jumlah tersebut jika dilihat dari lima daerah yang ada di BMR, setiap daerah berjumlah seratus orang.
Hendra menutrukan, jika banyak tenaga kerja Indonesia di luar negeri akan memberikan remitansi sebagai sumber pendapatan devisa bagi institusi pemerintah dan pendapatan bagi rumah tangga.
Kenaikan remitansi didorong oleh kenaikan gaji di sejumlah negara di Asia. Remitansi yang masuk ke Indonesia menjadi sebuah injeksi pendapatan untuk keluarga TKI di daerah asal sehingga dapat meningkatkan daya beli rumah tangga golongan bawah. Kemudian secara berkesinambungan akan berpengaruh pada distribusi pendapatan dan output sektor industri.
“Dampak injeksi remitansi terhadap perekonomian dapat dilihat terhadap peningkatan pendapatan institusi utamanya rumah
tangga, peningkatan output di sektor produksi sebagai akibat dari meningkatnya konsumsi rumah tangga dan kenaikan alokasi nilai tambah bagi faktor produksi.
“Besarnya gaji yang diterima oleh para tenaga kerja yang bekerja di luar negeri sangat tergantung pada jenis pekerjaan yang ditekuni. Seperti contoh sebagi Care Worker, gaji sampai 21 juta rupiah setiap bulan dan diberikan izin tinggal selama lima tahun,” tandasnya. (*)