TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU— Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kotamobagu terlihat memiriskan. Tiga siswa tuna rungu terpaksa harus dipandu oleh pengawas karena naskah ujian mereka tak menggunakan kerta ujian dengan huruf braille.
Tiga siswa SLB itu yakni Fandi Makalalag, Wanda Mokoginta dan Mohamad Ikbal Bambela terpaksa harus dipandu oleh pengawas untuk membacaakan naskah ujian.Ketiganya menjalani ujian di hari pertama pada Senin (15/4/2015) dengan ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Tampak pengawas ujian membacakan dengan perlahan. Sesekali menunggu Fandi untuk mengisi jawabannya di kertas jawaban yang disediakan petugas.
Menurut pihak sekolah, , jauh hari sebelum ujian pihak sekolah sudah mengajukan ke pusat untuk naskah ujian braille khusu untuk tuna netra yang ikut ujian tahun ini. Namun, pihak sekolah terkejut setelah mengetahui bahwa tidak ada soal ujian dengan huruf braille yang diterima.
“Kami sebetulnya sudah mengajukan kertas ujian dengan huruf braille, namun hingga kini tidak ada soal yang datang berupa huruf braille,” kata Kepsek SLB Ira Mokoagow.
Mengingat lamanya proses pengerjaan ujian yang dilakukan oleh Fandi dan dua rekannya, proses pembacaan soal, maka pihak sekolah memberikan waktu tambahan selama 45 menit. Pihak sekolah berharap, untuk ujian mendatang, pemerintah pusat lebih memperhatikan siswa yang berkebutuhan khusus, termasuk fasilitas pendukung proses ujian. (Has)