TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Kondisi pasar tradisional yang ada di Desa Poyowa Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan makin sepi dari pembeli. Sepinya pembeli membuat sejumlah satu persatu pedagang harus pindah dan meninggalkan kios mereka.
Bukan hanya itu, sejumlah pedagang sayur mengaku sering merugi karena sayur mereka membusuk karena sepinya pembeli. Dua kali pasar senggol yang dibangun di Poyowa oleh pemerintah kota dengan maksud mempromosikan pasar itu dinilai gagal.
Junaeda Lauwi salah satu pedagang di pasar Poyowa misalnya. Saat dipindahkan dari pasar 23 Maret, hasil jualan turun drastis. Dia mengaku kondisi pasar Poyowa hanya ramai pada pukul tiga subuh hingga pukul tujuh pagi. Itupun hanya para penjual sayur klontong yang memadati ruas jalan pasar.
“Tapi kalau sudah siang bisa dilihat kondisinya, sepi dari pembeli,” ujarnya.
Dia mengaku, berbedah dengan waktu masih berjualan di pasar 23 Maret beberapa waktu lalu. Saat masih menempati lapak di pasar 23 Maret, biasanya bisa mengumpulkan uang hingga 2 juta perbulan. Namun untuk saat ini mengumpulkan lima ratus ribu saja sangat sulit.
Hal lain juga diungkapkan Royanta Tampoi. Pendagang bahan kebutuhan pokok ini mengaku jika dalam sebulan hasilnya tidak seimbang. Terlebih pihak Dinas Perindagkop telah menaikan harga retribusi pasar dari 30 ribu menjadi 56 ribu setiap bulan.
Ditemui di tempat dia bejualan, Royanta menunjukan surat peringatan (SP) 1 dari Dinas Perindagkop karena terlambat membayar retribusi.
“Iya ini surat SP 1. Tapi saya sudah membayar dua bulan yakni 112 ribu. Takut jika akan dikeluarkan dari kios,” ungkapnya.
Dari pantauan media ini, tampak sejumlah kios yang tutup karena ditinggalkan pedagang. Dibeberapa blok lokasi pasar yang ada, nampak beberapa kios yang berjejer dalam kondisi tertutup. Begitu juga dengan lapak yang ada di luar terlihat tampak sepi.
Kadis Perindagkop Herman Arai mengaku, jika kondisi pasar Poyowa berbedah dengan pasar Serasi dan pasar 23 Maret. Pasalnya dua lokasi pasar itu berada di pusat kota.
“Iya memang agak sepi,’ ujar Herman.
Herman mengatakan, para pedagang yang pindah itu kebanyakan pedagang yang berasal dari Modoinding Minsel. Meski demikian, ini menjadi tanggungjawab pemerintah untuk mendorong agar daya beli di pasar tradisional Poyowa terus meningkat.
Selain itu, retribusi pasar yang naik karena menyesuaikan dengan Perda Nomor 7 tahun 2017 tentang retribusi pasar dan pelayanan pasar. Jika sebelumnya hanya 30 riibu, saat ini berjumlah 56 ribu.
“Kalau jumlah retribusi itu berdasarkan Perda. Indikatornya yakni ukuran panjang kali lebar kios yang ditempati,” jelasnya.
Penulis: Hasdy