TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Pembangkit Energi Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) yang ada di Desa Lobong Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), satu dari Lima pembangkit milik PT PLN yang beroperasi mendongkrak energi listrik..
Namun apa jadinya, jika lokasi bendungan tempat penampungan air itu dipenuhi sampah kiriman dari Kota Kotamobagu.
Kepala Manajer Bagian Pembangkitan PLTM Ida Putu Sandyana yang membawahi Kotamobagu dan BMR menuturkan, harusnya jika musim penghujan, pihaknya bersyukur dengan tingginya debit air. Namun hal ini bertolak belakang dengan apa yang diinginkan PLTM Lobong.
Dia menjelaskan, jika musim penghujan, mereka terpaksa harus menutup pintu air karena menghindari sampah kiriman dari Kotamobagu.
Sampah kiriman itu kata Sandaya, kerap menutup pintu air bahkan jumlahnya mencapai ribuan kubik.
“Sampah kiriman yang masuk ke turbin kerap mengganggu proses yang ada di PLTM,” ungkapnya.
PLTM sendiri menyiapkan dua penyaring sebelum masuk ke turbin. Namun dari dua penyaring yang disiapkan, tidak bisa membendung sampah kiriman.
“Perlunya kesadaran warga untuk tidak membuang sampah di sungai. Sebab hal ini juga mengganggu proses energi listrik yang dihasilkan PLTM Lobong,” tutur Sandaya.
Manajer PLN Area Kotamobagu Meyrina Paulina Turambi menjelaskan, bahwa PLTM Lobong, merupakan salah satu pembangkit dengan mengunakan energi air. PLTM ini menghasilkan 1.6 megawatt tergantung curah hujan.
Energi listrik yang dihasilkan PLTM Lobong, kemudian disuplai ke area Panyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) yang ada di Pembangkit Otam kemudian disuplai ke sejumlah wilayah.
“Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi, maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Tapi lagi-lagi sering terkendala sampah,” tuturnya.
Dari pantauan media ini, tampak sampah kiriman itu tertumpuk di samping bendungan. Sampah tersebut merupakan kiriman saat hujan beberapa hari kemarin yang diangkat oleh petugas.
Penulis: Hasdy