TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Proses identifikasi korban ambruknya tambang di Desa Bakan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaag Mongondow (Bolmong) pada Selasa (26/2) lalu, membuat tim Tim Disaster Victim Identification (DVI) Postmortem Polda Sulawesi Utara (Sulut) bekerja cepat. Pasalnya, selama delapan hari pasca perisitiwa tersebut, proses evakuasi yang dilakukan tim SAR Gabungan, berhasil mengevakuasi kantong jenazah yang mulai membusuk. Sehingga beberapa potongan tubuh yang tak bisa dikenali hanya diambil sampel DNA-nya kemudian langsung dikuburkan.
Menurut dr Diah Buana Damasari yang juga tim DVI Polda Sulut, beberapa potongan tubuh langsung dikuburkan, mengingat rumah sakit umum Pobunayan belum memiliki lemari pendingan.
“Ada beberapa potongan tubuh yang berhasil dievakuasi, itu langsung dimakamkan karena mengingat kondisi akan lebih membusuk. Karena memang rumah sakit Pobundayan belum memiliki lemari pendingin,” ujarnya.
Namun ada juga jenazah korban ambruknya tambang Bakan, langsung teridentifikasi berdasarkan ciri khas di bagian tubuh berupa tato dan sidik jari korban.
Dalam dunia kedokteran mesin pendingin (cold storage) sangat diperlukan, salah satunya untuk mendinginkan mayat. Mesin pendingin ini digunakan karena mayat tidak tahan lama dan mudah membusuk jika ditempatkan di udara terbuka dan pada suhu kamar biasa. Penyebab kerusakan mayat diantaranya adalah aktifnya mikroorganisme dan bakteri yang ada dalam tubuh manusia. Pada suhu ruangan dan keadaan lembab, mikroorganisme dan bakteri dapat berkembang biak dengan cepat. Maka untuk keperluan di atas suatu teknik refrigerasi sangat diperlukan untuk proses pendinginan mayat di rumah sakit.(**)