TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU– Sebuah pemandangan menggelikan sekaligus memiriskan, tersaji di pintu masuk ruang paripurna DPRD Kotamobagu, saat pelaksanaan rapat paripurna Selasa (18/10) lalu. Di mana 200-an Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan jabatan tertentu di Pemkot Kotamobagu, tampak saling rebutan mencolokkan salah satu jari mereka ke satu unit mesin absensi atau fingerprint.
“Terpaksa harus begini. Karena hanya ada satu mesin yang disiapkan BKDD. Kalau tidak (absensi) begini, sudah pasti TPP (Tambahan Penghasilan Pegawai) bulanan akan terpotong 10 persen,” ucap beberapa ASN usai berhasil mencolokkan jari mereka ke mesin absensi itu.
Lebih gelik lagi pemandangan yang tersaji itu, karena ratusan ASN terlihat seolah bertingkah mirip anak-anak yang sedang memperebutkan sebuah mainan. Satu unit mesin fingerprint yang diletakkan di meja piket depan ruang paripurna DPRD itu, ditarik dan digeser ke sana-kemari oleh ratusan ASN.
Terlihat tidak ada lagi perbedaan antara atasan dan bawahan. Entah si ASN menjabat kepala seksi di sebuah kelurahan, ataupun kepala SKPD setingkat dinas atau badan.
“Pokoknya siapa cepat, dia dapat,” tambah ASN tersebut.
Namun beberapa pejabat eselon III atau setingkat kepala bagian maupun eselon II, terlihat memilih untuk ambil giliran belakangan. “Belakangan saja kalau antriannya sudah berkurang,” ucap Kabag Humas, Jufri Ngandu.
Sekadar diketahui, pasca-dinaikkannya tunjangan TPP bagi seluruh ASN Pemkot Kotamobagu per Januari 2016, sejumlah syarat pun wajib dipenuhi. Di antaranya, wajib hadir pada setiap upacara, rapat paripurna, hingga kegiatan keagamaan. Bila tidak mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, maka para ASN menghadapi konsekuensi punishment atau sanksi. Salah satu bentuk sanksi itu, yakni pemotongan TPP hingga sebesar 10 persen. (Mg2)