TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Kedai kopi kian mewarnai bergairahnya pertumbuhan ekonimi di Kotamobagu. Dengan hadirnya sejumlah kedai kopi, menambah semangat para petani kopi yang ada.
Dibeberapa kedai yang ada di Kotamobagu, tersedia sejumlah jenis kopi. Salah satu nya adalah Kopi Jahe Mojago asal Desa Bilalang Satu Kecamatan Kotamobagu Utara.
Menurut sejumlah warga pencinta kopi, paling tepat kopi jahe diminum disaat cuaca dingin. Sebab kopi jahe ini dipercaya dapat menghangatkan tubuh dan membuat nyaman.
Kopi jahe khas Kota Kotambagu berbeda dengan kopi jahe di daerah lain. Kopi jahe di sini merupakan campuran antara kopi Robusta ditambah dengan Jahe merah.
Bagi anda yang ingin merasakannya, datang saja ke kedai Kopi Korot yang terletak di Jalan Paloko Kinalang Kelurahan Kotobangun. Hanya dengan Rp 6 ribu anda sudah bisa menikmati segelas kopi jahe sederhana spesial yang tentunya enak.
Yadi, salah satu pengunjung kopi Korot mengaku suka dengan kopi jahe. Terlebih saat cuaca hujan, dia selalu memesan kopi di kedai.
“Memang pas diminum kalau lagi hujan. Badan terasa hangat,” ujarnya.
Di kedai itu juga tersedia kemasan berukuran 120 gram yang dijual Rp15 ribu.
“Kalau yang kemasan itu harganya Rp15 ribu,” kata Nia salah satu pelayan Kedai Kopi Korot.
Yadi mengaku beberapa kali sempat membeli Kopi Jahe Mojago untuk dikirim Manado maupun Jakarta sebagai oleh-oleh khas Kotamobagu.
“Kopi jahe Mojago memang jadi pilihan. Selain rasanya cocok, kopi Jahe asal Bilalang ini diakui kualitasya,” ungkapnya.
Pengelolan Kopi Jahe Mojago Desa Bilalang Satu Badaria Mokoginta, mengatakan, tradisi minum kopi sudah berlangsung lama sejak tanaman yang berasal dari Etiophia itu ditanam di tanah Totabuan.
Kades Bilalang satu ini mengaku tradisi minum kopi terus berlangsung hingga saat ini.
“Desa Bilalang ini dari dulu memang penghasil kopi. Kalau tidak tahu minum kopi, mungkin bukan orang Bilalang,” ujar Badaria dengan becanda.
Saban bulan, Badaria menghasilkan 200 kg biji kopi organik yang dibeli dari petani di Bilalang. Kopi jenis Robusta Kotamobagu yang berbuah di tanah Bilalang ini sudah diuji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dengan skor uji citarasa 80,45.
Sementara itu, permintaan kopi khas Kotamobagu terus mengalir. Alhasil, pasokan kopi justru didatangkan dari luar wilayah Kotamobagu.
Animo dari luar daerah dan luar negeri cukup tinggi. China, Ukraina, dan Belanda sudah datang ke sini dan mereka minta dalam jumlah besar
Beberapa waktu lalu Walikota Kotamobagu Tatong Bara menandatanganan kerja sama dengan Bank Indonesia.
Ia menjelaskan, saat ini pemerintah kota telah membangun jalan akses menuju lokasi perkebunan senilai Rp36 miliar. Di samping itu, secara keseluruhan bakal disediakan 170.000 bibit kopi yang bakal ditanam di area seluas 300 hektare. Adapun saat ini luas area perkebunan kopi di Kotamobagu mencapai 192 hektare.
Menurut Tatong, sebagian tanaman kopi di kota seluas 68 km2 itu diremajakan (replanting). Dia menambahkan, sebagian dari jumlah bibit yang disiapkan sudah ditanam sedangkan sisanya masih dalam tahap persiapan lahan.
Selain memperluas area kebun, Pemkot Kotamobagu juga bekerjasama dengan BI guna membina petani kopi, mulai dari proses praproduksi hingga pasca produksi.
Tatong menekankan, kapasitas petani kopi harus ditingkatkan karena petani menjadi ujung tombak budidaya kopi di Kotamobagu.
“Petani harus masuk dalam pemeliharaan dan pengelolaan pasca panen, terlebih Kotamobagu sudah ditetapkan sebagai kawasan kopi nasional,” ujarnya.
Kepala Perwakilan BI Sulawesi Utara Soekowardojo, mengatakan bantuan kepada petani kopi di Kotamobagu merupakan bagian dari misi bank sentral dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di setiap wilayah.
“Kopi merupakan salah satu komoditas yang penting bagi masyarakat dunia, bukan hanya bagi konsumen tapi juga bernilai ekonomi bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi,” jelasnya.
Dia menambahkan, kualitas kopi robusta Kotamobagu tak kalah dengan daerah penghasil kopi lain di Indonesia. Potensi geografis Kotamobagu juga sangat mendukung untuk budidaya kopi, terutama kopi organik.
Penulis: Hasdy