TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU — Benny Rhamdani menceritakan cerita pilu di balik kesuksesannya saat ini. Hal itu terungkap dalam Ngobrol Bareng BRANI di Kafe Korot Kota Kotamobagu Sabtu
7 September 2024.
Benny rupanya menyimpan cerita tak biasa. Papa Ninin sapaan akrab warga Kotamobagu ini menceritakan, sempat tidak naik kelas hingga dikeluarlan dari sekolah. Bahkan hingga pindah sekolah dari Bandung ke Lirung Talaud Sulawesi Utara.
Benny Rhamdani mengaku dilahirkan di salah satu desa d Kabupaten Bandung bernama Ciparay Tahun 1968 dari keluarga miskin.
Ayahnya adalah seorang prajurit tentara berpangkat rendah yang sering berpindah-pindah tugas.
Benny saat duduk di bangku SMA, mengaku sebagai anak yang nakal dan sempat dikeluarkan dari sekolah.
Ia akhirnya tinggal di rumah Kakanya di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara hingga lulus dari SMA Negeri 1 Lirung pada 1989. Pindah sekolah di Talaud, Benny diantarkan oleh Ibunya naik kapal laut selama lima hari lima malam.
Tegar dengan keadaan, Benny harus tinggal di Desa Lirung untuk melanjutkan sekolah.
Lulus dari bangku SMA, Ia masuk perguruan tinggi. Dengan niat coba -coba, ia diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi (FISIP Unsrat) sejak 1989 hingga 1997.
Benny bercerita, semasa berkuliah aktif dalam sejumlah organisasi. Keberaniannya saat memimpin organisasi kemahasiswaan, Ia kerap mendapat intimidasi bahkan hingga dicari untuk dihilangkan.
Aktif di dunia organisasi kemahasiswaan, membuat Benny selalu tampil hingga terlibat aksi demo mempercepat turunnya rezim orde baru.
Jatuh Cinta Anak Kepala Desa
Di acara tersebut, Benny pun menceritakan kisah cintanya hingga menikah dengan Sri Tanti Angkara anak kepala desa.
Aktif di dunia organisasi kemahasiswaan, Benny terlibat dalam aksi pembagian lima ribu alquran lewat aksi Badan Tazkir.
Kesibukannya di organisasi kemahasiswaan, ternyata Benny memiliki bakat sebagai pemain bola.
Dua aktivitas ini, membuat Ia kerap ke Kota Kotamobagu hingga hatinya berlabuh ke gadis asal Desa Poyowa Kecil.
Kendati kurang mendapat restu dari oramg tua, namun Benny tetap Benny memberanikan diri melamar Sri Tanti Angkara. Dengan mengenderai sepeda motor, Ia datang sendiri melamar.
“Kalau sekarang bisa dikena sanksi adat,” kenang Benny.
Kelamnya kehidupan Benny, tak hanya di situ. Saat melangsungkan ijab kabul, jas yang dipakai pun hanya dipinjam. Ruangan tempat ijab kabul diwarnai dengan poster dari tulisan teman teman mahasiswa. Seperti poster, “Pernikahan bukanlah akhir dari perjuangan” kenangnya.
Setelah menikah dia tidak punya pekerjaan. Makan sehari-hari hanya didapat dari sumbangan teman-teman mahasiswa.
Namun Ia tak patah semangat dan terus berjuang bertahan hidup.
Dengan niat mengawal kepentingan masyarakat, Benny akhirnya memutuskan untuk masuk ke dunia politik. Benny harus tinggalkan bangku kuliah
dan ikut bertarung sebagai calon anggota legislatif.
Pada 1999, Benny terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan menjabat selama tiga periode hingga 2014. Pada 2014, ia terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia mewakili Sulawesi Utara.
Setelah dipercayakan sebagai senagai Sekjen DPP Hanura, Benny masuk tim kampanye Jokowi-Amin. Kini Benny sudah dipercayakan menjabat Kepala BP2MI selama empat tahun. (*)