TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kotamobagu turun ke jalan menggelar aksi.unjuk rasa Senin(1/9).
Mereka menggelar aksi damai dengan semangat menyuarakan aspirasi rakyat sekaligus menyampaikan keresahan terhadap sejumlah persoalan yang mereka nilai mendesak.
Aksi tersebut berlangsung di tiga titik utama: Kantor Wali Kota Kotamobagu, Mapolres Kotamobagu, dan Kantor DPRD Kotamobagu. Meski digelar di lokasi berbeda dan melibatkan massa yang cukup banyak, jalannya aksi tetap aman dan tertib. Hal ini tak lepas dari pengawalan ratusan personel TNI-Polri yang menjaga keamanan selama aksi berlangsung.
Dengan spanduk, poster, dan orasi lantang, mahasiswa menyampaikan 13 tuntutan sikap, yang terdiri dari 11 isu lokal dan 2 isu nasional.
Tuntutan tersebut, menurut mereka, merupakan bentuk kepedulian generasi muda terhadap masa depan daerah sekaligus tanggung jawab moral sebagai agen perubahan.
Terdapat 11 tuntutan kebijakan lokal. Dalam tuntutan itu, mahasiswa menyoroti berbagai aspek pembangunan daerah, mulai dari pendidikan, pelayanan publik, hingga transparansi anggaran.
• Mendesak Pemerintah Kota menjadikan Taman Kota sebagai ruang kreatif, seni, dan literasi yang dapat dimanfaatkan generasi muda.
• Mendorong peningkatan kualitas pendidikan agar lebih merata dan sesuai kebutuhan zaman.
• Melibatkan organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan dalam pembahasan dokumen penting seperti RPJMD dan RKPD.
• Mendesak percepatan pengesahan pengelolaan sampah yang efisien dan ramah lingkungan.
• Meminta perhatian serius terhadap pembangunan infrastruktur pelayanan publik.
• Mendesak penyediaan lapangan pekerjaan bagi generasi muda, khususnya lulusan baru.
• Memperkuat pencegahan pelecehan di ruang publik melalui regulasi maupun program edukasi.
• Mendesak pemerintah dan DPR lebih konsen pada isu kesejahteraan buruh.
• Mendesak Kapolres mengevaluasi serta menindak aparat yang bersikap arogan.
• Meminta pemerintah memfasilitasi E-APBD sebagai bentuk transparansi kepada rakyat.
• Mendesak peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan di Kotamobagu.
Sedangkan 2 tuntutan nasional, juga menegaskan kepedulian mereka terhadap kondisi nasional. Dua tuntutan yang mereka sampaikan yakni
• Menolak kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
• Mendesak perhatian serius terhadap kesejahteraan masyarakat secara luas, khususnya di tengah tantangan ekonomi nasional.
Para mahasiswa menyampaikan bahwa gerakan ini lahir dari keresahan kolektif mahasiswa terhadap kondisi sosial dan pemerintahan.
“Kami hadir bukan untuk menciptakan kericuhan, tetapi untuk membuka mata pemerintah agar lebih peka terhadap suara rakyat. Tuntutan ini adalah wujud kepedulian kami sebagai generasi muda,” tegasnya dalam orasi.
Aksi damai ini menjadi catatan penting karena dilakukan tanpa insiden anarkis. Para mahasiswa memilih menyuarakan aspirasi dengan cara yang tertib, bahkan menutup aksi mereka dengan doa bersama di halaman Kantor DPRD Kotamobagu.
Bagi banyak pihak, aksi ini menjadi cermin bahwa mahasiswa tetap memainkan peran strategis sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Mereka tidak hanya menuntut, tetapi juga menawarkan solusi: ruang publik yang kreatif, pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan yang layak, hingga transparansi anggaran.
Aksi tersebut diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi pemerintah kota maupun DPRD untuk membuka ruang dialog dengan mahasiswa dan pemuda. Sebab, di tengah dinamika politik dan pembangunan daerah, suara generasi muda adalah energi yang tak bisa diabaikan.
Dengan berakhirnya aksi di Kantor DPRD, mahasiswa kembali ke kampus dan rumah masing-masing. Namun gema tuntutan mereka masih bergema di ruang publik: sebuah pesan bahwa perubahan membutuhkan keberanian, kepedulian, dan konsistensi dalam memperjuangkan kepentingan bersama. (*)