TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU —Seharusnya ini adalah perjalanan suci. Perjalanan yang dipenuhi syukur, air mata bahagia, dan doa-doa yang dijawab. Tapi bagi Jezzy Halada, suami, dan ibu mertuanya, perjalanan ke Tanah Suci justru berubah menjadi pengalaman pahit yang tak akan mereka lupakan seumur hidup.
Semua itu bermula dari kepercayaan mereka kepada sebuah biro perjalanan bernama PT Novavil Travel Mutiara Utama.
Tahun 2024, keluarga kecil asal Keluraham Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan ini memutuskan untuk mendaftar haji. Seperti banyak calon jamaah lainnya, mereka mempercayakan proses panjang itu kepada agen travel. Pilihan jatuh pada PT Novavil Travel, yang saat itu menawarkan keberangkatan cepat dan pelayanan lengkap.
“Awalnya semua tampak profesional. Kami diberikan jadwal, dan diberi keyakinan bahwa semua dokumen sudah beres,” cerita Jezzy.
Tanggal 16 Mei 2025, mereka diberangkatkan. Rute perjalanan terasa meyakinkan.Jakarta – Batam – Singapura – Dubai dan Jeddah. Sesampainya di Jeddah, hati mereka penuh harap. Mekkah tinggal sejengkal. Namun harapan itu sirna seketika.
Visa yang diurus PT Novavil Travel tidak bisa memberi akses ke Kota Mekkah untuk ibadah haji.
Saat situasi mulai memburuk, Jezzy mencoba menghubungi pihak travel. Namun panggilan telepon dan pesan tak pernah dijawab. Mustafa Yasin, sosok yang disebut sebagai direktur utama PT Novavil, menghilang bak ditelan bumi.
“Kami panik, bingung harus bagaimana. Tapi tidak ada satu pun dari pihak travel yang bisa dihubungi. Kami benar-benar ditinggalkan,” ujar Jezzy dengan suara lirih.
Alih-alih membimbing jamaah seperti yang dijanjikan, PT Novavil justru lepas tangan. Tidak ada pendampingan. Tidak ada penjelasan. Yang tersisa hanyalah kebingungan dan kesedihan mendalam di negeri orang.
Bagi Jezzy dan suaminya, ini bukan sekadar uang, tapi Ibadah yang dipermainkan pihak travel. Kerugian yang mereka alami bukan hanya materi. Ini soal rasa percaya yang dihancurkan, dan lebih dari itu, soal niat ibadah yang dilukai. Ibadah haji adalah cita-cita yang mereka siapkan sejak lama, dengan penuh harap dan pengorbanan.
Kini, Jezzy dan keluarga sudah melaporkan Mustafa Yasin selaku direktur PT Novavil ke Polda Gorontalo, menuntut pertanggung jawaban atas apa yang mereka alami. Mustafa Yasin juga diketahui merupakan anggota DPRD Provinsi Gorontalo dari Partai Keadilan Sejahterah (PKS).
“Kami tidak mau ini terjadi pada orang lain. Semoga pelaku dihukum, dan ada keadilan untuk kami,” tegasnya.
Kasus PT Novavil bukan yang pertama. Tapi ia mempertegas satu hal masih banyak travel nakal yang bermain di celah kelemahan regulasi. Mereka menawarkan program haji non-kuota dengan harga miring, menjanjikan keberangkatan cepat, lalu menyelipkan visa non haji yang ilegal.
Meski kecewa, Jezzy masih menyimpan harapan. Ia percaya, kegagalan tahun ini bukan akhir dari segalanya. Ada hikmah di balik musibah, dan mungkin Allah sedang menguji kesabaran mereka sebelum benar-benar dipanggil sebagai tamu-Nya.
“Kami belum bisa ke Mekkah, tapi kami belum menyerah. Kami akan berusaha lagi,” katanya pelan, namun yakin.
PT Novavil Travel Mutiara Utama mungkin telah memberi janji manis, tapi nyatanya mereka meninggalkan luka pahit. Nama perusahaan itu kini bukan lagi simbol kemudahan berhaji, melainkan simbol dari pengkhianatan dan kebohongan yang menyakitkan.
Dan semoga, kisah Jezzy dan keluarganya bukan hanya menjadi catatan duka, tetapi juga peringatan keras bahwa ibadah suci tak bisa ditumpangi oleh niat curang oleh pengelolah travel, dan tak boleh lagi ada jemaah yang menjadi korban, atas nama haji. (*)
