TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU –Di era modern ini, bisnis sapu ijuk ternyata tidak kalah dengan produk buatan pabrik. Kerajinan tradisional sapu ijuk asal Desa Sia Kecamatan Kotamobagu Utara itu masih boleh bersaing dengan produk serupa dengan kualitas terjaga.
Kepala Desa Sia’ Herto Balansa mengatakan hingga saat ini sapu ijuk produk Desa Sia masih tetap dilaku dipasaran karena kualitasnya yang tetap baik dengan harga hanya Rp 7.000 per batang.
“Sapu ijuk produksi Desa Sia harganya sangat murah dan terjangkau masyarakat, tetapi sapu-sapu modern yang dijual di toko-toko lebih mahal,” kata Herto.
Dia mengatakan sapu Ijuk terus diminta kalangan masyarakat. Kemampuan produksi kerajinan rumah tangga itu, katanya, rata-rata 50 batang per hari.
Untuk bahan baku sapi ijuk itu juga didapat di perkebunan desa setempat. Seperti bamboo dan rotan. Sedangkan untuk ijuk diambil dari pohon aren atau pohon seho.
Eli Simbong (49), satu diantaranya pengrajin Sapu Ijuk di Desa Sia. . Sudah 40 tahun ia mengguluti bisnis itu. Ia mengaku untuk menafkahi keempat anaknya, hanya dengan menjual sapu ijuk.
Eli mengaku sejak masih duduk di bangku SD sudah mulai belajar membuat sapu ijuk. Belajar dari orangtua, ujar dia.
Penghasilan yang Eli dapatkan mencapai Rp 1,4 juta setiap pekan. Dia mengatakan dalam satu kali produksi bisa menghasilkan 100 buah sapu ijuk.
“Jadi kalau dua kali dengan hasil 100 sapu setiap kali produksi. Jadi ada 200 sapu ijuk per minggu,” bebernya.
Dia mengtakan hasil produksi sapu ijuk tidak sulit untuk dipasarkan. Sebab eli sudah ada langganan tetap.
“Ada 20 warung, dua toko, dan 100 masyarakat,” ujarnya.
Penulis: Hasdy