TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU— Beberapa Koperasi di Kotamobagu bersiap menjadi penyalur pupuk organik yang diproduki Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Ada Koperasi yang sudah siap menjadi penyalur pupuk organik kami,” kata Kadis Lingkungan Hidup Kotamobagu Alex Saranaung Rabu 29 Maret 2017.
Alex menyebutkan, permintaan awal dari koperasi untuk dijual sebanyak 1 ton. Tetapi karena masih menunggu stok produksi, sehingga masih belum diserahkan. Saat ini kata Alex, jumlah stok yang tersedia baru mendekati 1 ton. Sebab untuk permintaan itu, butuh waktu hingga 30 hari.
“Untuk 1 ton pupuk, butuh waktu sampai 30 hari. Jika sudah ada akan kita serahkan ke koperasi sebagai distributor pupuk,” katanya.
Untuk harga jual, Alex menjelaskan, per 5 kilo dilabel 20 ribu rupiah. Harga tersebut sangat ekonomis untuk membantu bagi masyarakat terutama bagi petani. Alex menambahkan, produksi pupuk organik yang dikelola DLH sudah akan setiap bulannya.
Dipastikan, jika permintaan pupuk meningkat, produksi pupuk dari pengolahan sampah dipastikan belum memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani. Sebab etersediaan bahan baku pembuatan pupuk berasal dari sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) harus sesuai. “Jika permintaan lancar otomatis, belum bisa memenuhi kebutuhan bagi para petani,” kata Alex.
Ia menjelaskan, penyebab belum terpenuhinya kebutuhan pupuk organik karena bahan baku sampah masih sedikit. Sehingga yang bisa diproduksi juga sedikit, selain itu jumlah personil juga masih terbatas.
“Sebenarnya sedikitnya sampah di TPA itu lebih baik untuk lingkungan. Artinya pengelolaan sampah di masyarakat sudah berjalan,” kata dia.
Ia menambahkan, sampah yang dihasilkan di Kota Kotamobagu 6o ribuan kilo setiap harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 93 persen persen sampah masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Mongkonai sedangkan sisanya, masuk di Bank Sampah. Menurutnya, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Kotamobagu yang paling banyak itu di hari kerja yakni, Senin dan Selasa.
Adapun, sampah-sampah plastik tersebut didaur ulang menjadi gas metan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi sekitar 150 KK yang ada di sekitar TPA. Sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos dan pupuk organik.
Upaya daur ulang sampah tersebut jika dilakukan secara rutin, akan mampu memperpanjang umur TPA. Selain melakukan pengolahan sampah, pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi tentang upaya pengolahan sampah dengan menggandeng bank sampah yang sudah terbentuk di masing-masing kelurahan. Termasuk yang ada di sekolah-sekolah. “Bank sampah dinilai cukup efektif mengurangi sampah yang masuk ke TPA untuk dipilah dan diolah,” ujarnya.
Penulis: Nanang
Editor: Hasdy