TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Video arogansi Wakil Walikota Kotamobagu Nayodo Koerniawan yang terlibat adu mulut bahkan sempat melotarkan kalimat tidak pantas di aula Kantor Pemkot Kotamobagu mendapat kecaman dari mahasiswa dan para aktivis.
Mereka menyayangkan tindakan arogansi pejabat publik itu saat audiens dalam aksi demo Selasa pekan lalu. Hal itu dinilai tidak pantas dilakukan oleh pejabat sekelas wakil walikota.
Video arogansi Wakil Walikota Kotamobagu itu direkam dan diunggah di instagram melalui akun bernama mokoyusnan.
Peristiwa itu terjadi di aula Pemkot Kotamobagu saat para mahasiswa melakukan audiens setelah menggelar aksi demo di depan kantor walikota.
Nayodo terlihat adu mulut dengan para mahasiswa. Bahkan sempat melontarkan ucapan yang tidak pantas bagi seorang pejabat publik.
Video itu pun mendapat tanggapan dari para para mahasiswa Kotamobagu yang sedang menimba ilmu di Provinsi Gorontalo.
“Saya selaku Mahasiswa sangat menyayangkan sikap pejabat publik Kotamobagu dalam hal ini wakil Walikota Kotamobagu yang secara lantang mengeluarkan statement dan sikap yang tidak beretika,” ucap Venly Silangen.
Baca Juga:Wakil Walikota Kotamobagu Meradang dan Keluarkan Kalimat Ini Kepada Mahasiswa
Menurut Venly, sikap tersebut tidak menunjukan layaknya pejabat publik, dan berseberangan dengan nilai-nilai kearifan lokal Bolaang Mongondow yang terbangun dalam falsafah Mototompiaan, Mototabian bo Mototanoban.
Sikap arogansi di depan umum dan terekam video membuat banyak tanggapan miring dari masyarakat tentang wajah pemerintahan Kota Kotamobagu terlebih dalam menyikapi persoalan kebijakan pemerintahan.
Dia juga menambahkan pejabat seharusnya membicarakan permasalahan tersebut secara baik serta dengan sikap yang baik pula. Karena posisi pejabat pemerintah harusnya mengayomi dan mengajarkan kepada masyarakat khusunya para mahasiswa tidak dengan cara arogansi.
Aksi adu mulut yang berbuntut ucapan kata kasar itu terjadi di aula Pemkot Kotamobagu. Di mana aksi demo yang dilakukan para mahasiswa terkait dengan penanganan Covid-19 penyaluran bantuan beras yang ditemukan berkutu dan tidak layak konsumsi. Tampak Sekretaris Daerah Sande Dodo serta para pejabata pimpinan SKPD hadir. Aksi demo itu juga dikawal aparat kepolisian.
“Padahal para mahasiswa Kotamobagu yang datang melakukan aksi unjuk rasa dilakukan secara damai dan sesuai prosedur yang berlaku serta tetap menjalankan protokol kesehatan,” tambahnya.
Adapun tuntutan mahasiswa, menurut saya sangat baik dan jelas bukan menyangkut kepentingan pribadi, melainkan menyangkut kepentingan masyarakat Kotamobagu.
“Saran saya kepada pemimpin Pemkot Kotamobagu, jangan menjadi pejabat yang anti kritik. Menyampaikan aspirasi dengan model aksi turun ke jalan sudah diatur pasalnya di dalam UU. Maka tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk menolak atau berkecil hati bahkan mencoba mengkebiri aksi-aksi dalam hal menyampaikan aspirasi,” pungkas Venly.
Selain Venlty, mantan aktivitis Makassar, Suka Mulia Lobud ikut mengecam sikap arogansi Wakil Walikota Kotamobagu.
“Jabatan Wakil Walikota itu merupakan pejabat publik. Mereka dipilih oleh rakyat. Mereka memiliki sejumlah hak istimewa. Tapi kelebihan dan keistimewaan ini tak lantas membuat mereka menjadi arogan,” tegasnya.
Posisi itu kata Ando sapaan akrabnya, tidak mengangangap diri paling benar, apalagi saat berhadapan dengan masyarakat. Arogansi pejabat publik yang melontarkan kata-kata yang tidak bijak, tidak memberikan kesan yang baik kepada rakyat.
“Pejabat publik seharusnya memberi contoh yang baik, melayani, dan mengayomi rakyatnya,” sambung Ando.
Dia menilai sikap arogan yang ditunjukkan pejabat publik tersebut semakin menguatkan persepsi publik. Bahwa pejabat publik kita memang sedang “sakit”. Sakit yang berdiam dalam tubuh memang sebaiknya diobati. Diobati dengan cara memberi sanksi kepada pejabat publik yang berbuat sesuka hati.
“Kita tentu tidak menginginkan pejabat publik bermental preman dan arogan demikian,” tandasnya. (*)