TOTABUAN.CO –Rumah dengan barang-barang berserakan bak kapal pecah ini adalah gambaran hidup sehari-hari George Fowler, seorang pria berusia 72 tahun yang tinggal di London, Inggris. Pria ini adalah seorang kolektor kompulsif, sebuah kondisi kejiwaan di mana seseorang memiliki obsesi berlebihan untuk menyimpan segala benda. George begitu terobsesi terhadap benda-benda di sekitarnya sehingga ia tidak sampai hati untuk membuang satu barang pun yang dimilikinya. Akibatnya tempat tinggal pria ini jadi seperti gudang barang bekas. Setiap hari ia hidup dalam kubangan benda-benda tak terpakai dan sampah.
Dilaporkan DailyMail, nyaris semua ruangan di rumah yang ia tempati selama 33 tahun itu tidak bisa diakses karena penuh sesak dengan barang-barang yang diletakkan sembarangan. George hampir tidak pernah memasak. Ia lebih sering makan di luar karena dapurnya terlalu penuh perabotan dan barang tak terpakai. Setiap malam ia tidur di lorong sempit yang digelari kasur karena kamarnya sudah terlalu penuh. Ia bahkan harus mencuci baju dan memperbaiki sepeda di bak mandi karena tempat itu adalah satu-satunya ruang yang cukup leluasa di rumahnya. Halaman rumah George juga tak kalah kotornya. Di sana tergeletak sepeda bekas, kursi rusak, dan potongan kayu yang ditumbuhi lumut dan tertutup tanaman karena terlalu lama diletakkan di sana.
George menyebut kondisinya itu sebagai ‘penyakit akumulasi.’ Karena terbiasa hidup dalam kekurangan selama tahun-tahun pasca-perang, ia bertekad untuk menyimpan semua benda. Pemikirannya ini lambat laun berkembang menjadi perilaku kompulsif dan semakin bertambah parah ketika dihadapkan pada gaya hidup manusia modern di sekitarnya yang terbiasa dengan pola konsumsi berlebihan.
Kondisi George yang tak biasa ini terungkap ke publik setelah Corinna Kern, seorang fotografer Inggris yang sedang mencoba mengabadikan keseharian orang-orang di pemukiman kumuh. Kern tertarik untuk melihat seperti apa kehidupan George yang sebenarnya tidak bisa dikategorikan sebagai orang tak mampu tetapi menjalani gaya hidup layaknya orang kurang beruntung.
Tahun lalu, George dengan dibantu oleh putranya Ari Fowler sudah mencoba untuk membersihkan rumahnya dari benda-benda tak terpakai. Mereka menyumbangkan yang masih bisa digunakan ke tempat penampungan dan membuang sisanya. Tetapi dalam waktu satu tahun rumah itu sudah kotor lagi, bahkan lebih sesak daripada sebelumnya. Pasalnya berjalan-jalan di sekitar rumahnya untuk melakukan ‘daur ulang’, memunguti sampah-sampah yang menurutnya masih bisa digunakan kembali. Karena itulah di sakunya selalu tersimpan kantong plastik untuk wadah barang yang ia pungut dari jalanan.
Sumber: merdeka.com