TOTABUAN.CO – Menteri Luar Negeri Sri Lanka, GL Peiris, Senin pagi melakukan kunjungan resmi ke Kementerian Luar Negeri RI untuk menggelar Sidang Komisi Bersama ke-II. Dalam sidang yang berlangsung selama 60 menit tersebut, beberapa bidang kerjasama sepakat untuk ditingkatkan, salah satunya untuk mengatasi perdagangan manusia.
Demikian ungkap Menlu Marty Natalegawa pada hari ini di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta Pusat, usai menerima kunjungan Peiris. Menurut Marty, Indonesia dan Sri Lanka memiliki masalah serupa dalam mencegah arus pergerakan manusia ke tempat lain secara ilegal. Salah satunya ke Australia.
“Jadi, kedua negara sepakat untuk tetap bekerja sama di bawah payung Bali Process,” kata Marty.
Dalam kasus ini, Sri Lanka merupakan negara yang menjadi asal para imigran gelap yang ingin menyebrang ke Negeri Kanguru melalui jalur ilegal. Sementara, Indonesia adalah negara transit.
Laporan BBC Indonesia menyebut Australia mengembalikan 41 orang imigran gelap pencari suaka ke Angkatan Laut Sri Lanka di laut. Sebagian besar dari para pengungsi itu adalah warga Tamil yang mengalami penyiksaan di Sri lanka.
Juru bicara Dewan Pengungsi Tamil, Aran Mylvaganam, menyesalkan tindakan Pemerintah Negeri Kanguru itu.
Selain masalah penyelundupan manusia, isu perdagangan manusia lainnya yang terkait erat yakni mengenai pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Marty menyebut untuk bisa memberi perlindungan kepada para pekerja asing, beberapa negara seperti Sri Lanka, Bangladesh, dan Filipina, perlu untuk memperjuangkan kepentingan bersama secara politik.
Isu pekerja asing ini, juga menjadi perhatian bersama kedua pemerintah. Data dari organisasi penggiat Hak Asasi Manusia, Human Rights Watch, mencatat di tahun 2013 lalu, terdapat 375 ribu warga Sri Lanka yang bekerja di Saudi sebagai asisten rumah tangga.
Bahkan, data dari harian The Guardian edisi tahun lalu, melansir ada 45 pekerja asing terancam hukuman mati di Saudi. Dari 45 itu, sebagian besar diduga berasal dari Indonesia. Namun, terdapat pula warga asal Sri Lanka.
Bahkan, salah satu warga mereka bernama Rizana Nafeek juga dieksekusi mati di Saudi pada Januari lalu, karena telah membunuh bayi berusia empat bulan yang dia asuh di tahun 2005 lalu. Padahal, dunia internasional telah memohon agar eksekusi itu dibatalkan, lantaran ketika melakukan tindakan tersebut, usianya masih 17 tahun.
Kerjasama perdagangan manusia ini juga sudah dibahas Peiris ketika bertemu Presiden terpilih Joko Widodo di kediaman dinasnya pada Minggu kemarin.
Kerjasama perdagangan juga menjadi fokus kedua Menlu. Di tahun 2015, kedua negara sepakat untuk mencapai target perdagangan senilai US$1 juta.
sumber: viva.co.id