TOTABUAN.CO — Sebanyak 43 tentara cadangan dan mantan anggota dari kesatuan intelijen militer Israel, dalam sepucuk surat disiarkan kemarin, mengumumkan penolakan mereka untuk bertugas dan menuduh militer Negeri Zionis itu melakukan “penyiksaan” terhadap warga Palestina.
Surat itu, yang ditujukan kepada perdana menteri Israel, Kepala Staf Angkatan Darat, dan direktur intelijen Israel, mengatakan tentara cadangan akan menolak untuk melayani di militer, seperti dilansir surat kabar the Times of India, Jumat (12/9).
“Kami tidak bisa melanjutkan tugas ini, yang mencederai hak-hak jutaan orang,” tulis para tentara dan perwira dari elit Unit 8200, yang bekerja sama erat dengan badan-badan keamanan Israel, dalam bahasa Inggris.
“Kami semua tentara yang bertugas di kesatuan-kesatuan atau yang akan bertugas, dan seluruh warga Israel, menyatakan menentang keras terhadap penyiksaan-penyiksaan ini dan berusaha menghentikannya,” kata isi surat itu.
Surat itu ditulis sebelum perang Gaza pada Juli-Agustus. Surat itu juga mengecam kurangnya pernyataan publik menyangkut jumlah warga sipil Palestina yang tewas dalam konflik itu.
Media Israel dikecam karena tidak banyak memberikan perhatian pada korban sipil yang tewas, yang menurut PBB mencapai 70 persen dari jumlah korban tewas warga Palestina yang mencapai lebih dari 2.100 orang.
Sebanyak 43 tentara cadangan mengatakan mereka akan menolak panggilan datang bertugas setiap tahun untuk melaksanakan tugas militer, yang berisiko penahanan dan diadili.
Semua pria Israel harus melakukan wajib militer selama tiga tahun setelah mereka selesai sekolah dan dua tahun untuk wanita.
Sumber: merdeka