• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Minggu, Juni 8, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Kabar Dunia

Pemujaan Iblis di ‘Gunung Pemakan Manusia’ Cerro Rico di Bolivia

Redaksi by Redaksi
2 Oktober 2014
in Kabar Dunia
0
Pemujaan Iblis di ‘Gunung Pemakan Manusia’ Cerro Rico di Bolivia
0
SHARES
23
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TOTABUAN.CO – Cerro Rico di Bolivia punya reputasi mengerikan, sebagai ‘gunung pemakan manusia’. Lebih dari 8 juta orang tewas di sana sejak Abad ke-16. Yang jadi korban adalah mereka yang berupaya menambang harta di sana.

Cerro Rico, yang juga disebut sebagai Cerro de Potosí atau Sumaq Urqu adalah salah satu gunung di Andes, dekat Kota Potosi yang kaya mineral. Tambang berusia 500 tahun yang ada di sana pernah menghasilkan perak yang bikin Kekaisaran Spanyol di masa lalu kaya raya.

Namun kini, gunung yang penuh terowongan menjadi jebakan kematian bagi para pria dewasa maupun remaja yang bekerja di sana — yang terpaksa memohon pada iblis agar nyawa mereka tak terpisah dari raga.

Di salah satu terowongan yang suram, bocah Marco menyekop batuan ke dalam gerobak. Tubuhnya ditutupi debu bercampur keringat. Selama 5 jam kerjanya, ia diharuskan membawa 35-40 muatan ke permukaan. Kadang ia harus bekerja di malam hari, sehingga ia masih bisa bersekolah.

Ibu Marco — yang memiliki 4 anak — pindah ke Cerro Rico, setelah suaminya meninggalkannya. Mereka tinggal di dekat pintu masuk terowongan, tanpa aliran air bersih, menggunakan tambang yang tak lagi terpakai untuk kamar mandi.

“Aku ingin kehidupan yang lebih baik, bukan bekerja di tambang…aku ingin jadi sarjana, cita-citaku jadi pengacara,” kata Marco, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (2/10/2014). Namun, keluarganya tak akan bertahan hidup tanpa penghasilan remaja itu.

Sejak era kolonial Spanyol, 2 miliar ons perak diekstraksi dari gunung itu. Selama periode yang sama sekitar 8 juta orang diperkirakan tewas di Cerro Rico.

Kini, sekitar 15.000 penambang bekerja di gunung itu. Asosiasi janda lokal menyebut, 14 perempuan kehilangan suaminya tiap bulannya. Angka harapan hidup rata-rata di sana hanya 40 tahun.

Seperti siapapun yang bekerja di sana, Marco mengkhawatirkan keselamatannya. Pun dengan potensi silikosis, penyakit yang disebabkan karena menghirup debu. Ipar bocah itu bahkan tewas di usianya yang baru pertengahan 20-an tahun.

“Para penambang makan debu, lalu partikel tanah itu akan masuk ke paru-paru dan menyerangmu,” kata Olga, perempuan yang menyediakan jasa penitipan alat tambang di rumahnya.

Dua putra Olga, Luis (14) dan Carlos (15) ikut bekerja di bawah tanah, mendorong gerobak seperti Marco. Kadang mereka mulai mencari nafkah pukul 02.00 pagi, supaya tetap bisa sekolah.

Kecil-kecil, mereka bertaruh nyawa saban hari. Mereka pernah menghadapi kondisi bahaya, saat gas beracun keluar dari sela-sela batuan.

Karena itu lah, semua pekerja tambang — dewasa maupun yang masih bocah — mengunyah daun koka (coca), yang diyakini bisa menyaring debu yang masuk ke organ dalam mereka. Mereka juga mempersembahkan daun tersebut — bersama rokok dan alkohol–pada El Tio, iblis penguasa tambang.

Seluruh pebisnis tambang, yang jumlahnya 38, punya patung El Tio di terowongan yang mereka gunakan. “El Tio punya tanduk karena dia adalah dewa di kedalaman tanah,” kata Grover, majikan Marco. “Tiap Jumat kami berkumpul, melakukan ritual mengucap terimakasih karena dia memberi kami banyak mineral, juga melindungi para pekerja dari kecelakaan.”

Meski demikian, mereka bukanlah penganut animisme. “Di luar tambang kami beragama Katolik. Namun, saat memasuki terowongan, kami memuja iblis.”

Yang mengejutkan, baik Marco, Luis, dan Carlos bukanlah pekerja termuda di tambang. “Ada 10 murid yang datang ke sekolah dengan tangan melepuh, aku menduga mereka bekerja di tambang. Bocah itu berusia 8,9, 10 tahun…,: kata Nicolas Marin Martinez, kepala sekolah di satu-satunya lembaga pendidikan di dekat gunung, yang dioperasikan yayasan kemanusiaan Swiss,  Voix Libres.

Perubahan aturan tenaga kerja terbaru memungkinkan anak-anak berusia 10 tahun bekerja di Bolivia, tapi bukan di tambang yang dianggap sangat berbahaya.

Jadi, mempekerjakan para bocah di tambang adalah tindakan ilegal.

Laporan lembaga ombudsman di Bolivia memperkirakan, ada 145 anak yang bekerja sebagai penambang.  Perkiraan lain menyebut jumlah bocah yang dipekerjakan di gunung — termasuk memilah bijih mineral di luar tambang dan membantu menjaga mesin — ada 400 orang.

Presiden Bolivia Evo Morales yang mengincar masa jabatan ketiga dalam pemilihan 12 Oktober 2014 mendatang, berjanji mengembalikan kekayaan tanah negerinya pada rakyat.

IMF mengatakan, negara itu berhasil mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan perkapita hingga 3 kali lipat sejak Morales memerintah. Namun, warga termiskin di gunung terkaya belum merasakan manfaat dari klaim itu.

Angin surga kemajuan Bolivia belum dirasakan anak-anak pekerja tambang di Cerro Rico.

sumber: liputan6.com

Tags: texs
Previous Post

Pemkab Boltim Berlakukan Kontrak Kerja 15 Tahun Untuk PNS

Next Post

Demokrat Sayangkan Sikap Megawati

Next Post
Demokrat Sayangkan Sikap Megawati

Demokrat Sayangkan Sikap Megawati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

𝖳𝖾𝗋𝖻𝗈𝗇𝗀𝗄𝖺𝗋, 𝖯𝗎𝗅𝗎𝗁𝖺𝗇 𝖳𝗈𝗇 𝖲𝗈𝗅𝖺𝗋 𝖬𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖯𝖳 𝖲𝖬𝖠 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖣𝗂𝖼𝗎𝗋𝗂
Bolmong

𝖳𝖾𝗋𝖻𝗈𝗇𝗀𝗄𝖺𝗋, 𝖯𝗎𝗅𝗎𝗁𝖺𝗇 𝖳𝗈𝗇 𝖲𝗈𝗅𝖺𝗋 𝖬𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖯𝖳 𝖲𝖬𝖠 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖣𝗂𝖼𝗎𝗋𝗂

by Redaksi
5 Juni 2025
0

𝖳𝖮𝖳𝖠𝖡𝖴𝖠𝖭.𝖢𝖮 𝖡𝖮𝖫𝖬𝖮𝖭𝖦 -- PT Samudera Mulia Abadi (𝖲𝖬𝖠) 𝖲𝗂𝗍𝖾 𝖡𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗁𝗂𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗆𝖾𝗅𝖺𝗉𝗈𝗋𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗌𝗎𝗌 𝖽𝗎𝗀𝖺𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗇𝖼𝗎𝗋𝗂𝖺𝗇 𝗌𝗈𝗅𝖺𝗋 𝗄𝖾 𝖯𝗈𝗅𝖽𝖺 𝖲𝗎𝗅𝗎𝗍. 𝖠𝖽𝖺...

Read moreDetails
Jalur Trans Sulawesi di Desa Solog Rusak Parah

Jalur Trans Sulawesi di Desa Solog Rusak Parah

4 Juni 2025
Inilah Tiga Dewas PDAM Bolmong Yang Raih Nilai Tertinggi

Inilah Tiga Dewas PDAM Bolmong Yang Raih Nilai Tertinggi

4 Juni 2025
Pemkab Bolmong Pantau Ketersediaan Stok Bahan Pokok

Pemkab Bolmong Pantau Ketersediaan Stok Bahan Pokok

4 Juni 2025
Yusra: Saya Tidak Paksa ASN Harus Tinggal di Lolak

Yusra: Saya Tidak Paksa ASN Harus Tinggal di Lolak

3 Juni 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.